Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perundingan Damai Suriah Disetop PBB

Utusan PBB pada Rabu menghentikan sementara upaya perundingan damai Suriah setelah pasukan pemerintah, dengan bantuan pesawat tempur Rusia, mengepung barisan gerilyawan di bagian utara Aleppo untuk memotong rantai pasokan dari Turki.
Ilustrasi. Serangan udara Rusia di Damaskus, Suriah/Reuters
Ilustrasi. Serangan udara Rusia di Damaskus, Suriah/Reuters

Bisnis.com, JENEWA -  Utusan PBB pada Rabu menghentikan sementara upaya perundingan damai Suriah setelah pasukan pemerintah, dengan bantuan pesawat tempur Rusia, mengepung barisan gerilyawan di bagian utara Aleppo untuk memotong rantai pasokan dari Turki.

Pejabat senior PBB lain mengatakan bahwa tindakan agresif dari Rusia adalah alasan utama penghentian sementara perundingan damai yang dimulai sejak awal pekan tersebut.

Utusan PBB Staffan de Mistura mengatakan bahwa perundingan di Jenewa akan dihentikan selama tiga pekan karena masih membutuhkan dukungan dari seteru internasional, Amerika Serikat dan Rusia, yang berbeda pandangan terkait konflik di Suriah.

"Saya sudah menegaskan dari hari pertama bahwa perundingan ini bukan hanya tempat bicara," kata dia, Kamis 4/2/2016).

Seorang sumber dari PBB mengungkapkan bahwa alasan sebenarnya dari penghentian itu adalah eskalasi militer Rusia yang dinilai menghambat proses negosiasi.

"Menurut saya, utusan (De Mistura) menghentikan perundingan karena PBB tidak ingin diasosiaikan dengan eskalasi Rusia di Suriah yang beresiko merusak negosiasi," kata sumber tersebut.

"Pengeboman dari udara telah membantu pasukan pemerintah, namun juga membuat malu kelompok oposisi di lapangan serta perwakilannya di Jenewa," tambahnya.

Moskow dan Washington mendukung pihak berlawanan dalam perang saudara di Suriah yang telah berlangsung selama lima tahun itu.

De Mistura sendiri mengatakan bahwa gencatan senjata adalah prasyarat perundingan, namun Rusia menolak menghentikan pengeboman dari udara. Serangan pesawat tempur tersebut membantu pemerintah mengakhiri pengepungan tiga setengah tahun di kota Nubul dan al-Zahraa pada Rabu.

Pasukan pemerintah kini semakin dekat untuk menguasai kembali Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah yang dekat dengan perbatasan Turki.

"Saya tidak bisa memahami kenapa serangan udara ini harus dihentikan," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, yang mengatakan bahwa targetnya adalah gerilyawan jaringan al Qaeda.

Sementara itu di sisi lain, delegasi dari kelompok oposisi Riad Hijab mengatakan bahwa tidak akan ada gencatan senjata sampai terbentuknya pemerintahan transisi tanpa Presiden Bashar al Assad.

Mengenai perseteruan Amerika Serikat dengan Rusia, pihak Moskow menuding Washington sebagai pendukung teroris karena membantu kelompok oposisi.

Sementara Washington menuding bahwa Moskow justru tidak pernah menarget kelompok bersenjata ISIS, melainkan gerilyawan yang didukung Amerika Serikat.

Pada Rabu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat meminta pemerintah Suriah untuk menghentikan sementara serangan di wilayah oposisi, terutama Aleppo dan membubarkan pengepungan terhadap pemukiman warga sipil sebagaimana resolusi Dewan Keamanan PBB.

Di sisi lain, PBB menyatakan bahwa ratusan keluarga terpaksa mengungsi akibat serangan udara dengan frekuensi paling besar dalam dua hari terakhir. Tiga relawan kemanusiaan meninggal.

Menanggapi keputusan PBB untuk menghentikan perundingan, Menteri Luar Negeri Prancis Fabius Laurent menuding Bashar dan sekutunya telah merusak upaya perdamaian.

Dari pihak pemerintah, kepala delegasi Bashar al-Ja'fari menuding bahwa oposisi menghentikan perundingan karena kalah di medan pertempuran.

"Perkembangan di medan pertempuran adalah hal krusia," kata dia sambil menuding de Mistura sebagai pihak yang memberi oposisi alasan politik.

Aleppo, yang terletak 50 km selatan perbatasan Turki, adalah kota dengan jumlah penduduk terbesar di Suriah sebelum perang. Sejak 2012, kota itu terbelah dalam dua zona yang dikuasai pemerintah dan gerilyawan.

Jika pemerintah berhasil merebut kembali kota tersebut, maka harapan menggulingkan Bashar semakin tipis.

Kelompok gerilyawan The Levan Front menyatakan bahwa pengepungan di Nubul dan Zahraa bubar setelah terjadinya sekitar 500 serangan udara dari pesawat tempur Rusia.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper