Kabar24.com, PADANG—Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) meminta Pemkot Padang mengevaluasi kebijakan pengembangan industri perhotelan di daerah itu yang didominasi konsep city hotel.
Ketua PHRI Sumatra Barat Maulana Yusran menyebutkan ketersediaan kamar hotel di ibukota Provinsi Sumbar itu sudah oversupply. Bahkan tahun lalu, tingkat hunian hotel mengalami penurunan hingga 15%.
“Sekarang sudah oversupply, perlu dievaluasi kebijakan pengembangan sektor perhotelan. Jangan menumpuk pembangunan hotel yang berbasis city hotel di Padang,” katanya, kepada Bisnis.com, Minggu (31/1/2016).
Menurutnya, Kota Padang yang tengah mengembangkan pariwisata harus mengarahkan kebijakan pembangunan hotel berbasis resort maupun homestay yang menunjang kegiatan pariwisata.
Apalagi, saat ini pembangunan hotel terkonsentrasi di pusat kota, padahal banyak objek-objek wisata yang bisa dikembangkan serta memerlukan dukungan sarana hotel di sekitar kawasan tersebut.
“Harus dievaluasi, disesuaikan dengan kebijakan pembangunan pariwisata daerah dan perkiraan peningkatan wisawatan. Jangan sampai Kota Padang seperti Bandung dan Bali yang sudah sangat kelebihan kamar,” ujarnya.
Dia memperkirakan kinerja industri perhotelan di daerah itu belum akan pulih tahun ini, meski diyakini meningkat dari tahun sebelumnya.
Sebab, kebijakan pemulihan ekonomi pemerintah belum akan berjalan optimal, belum lagi dengan mulai beroperasinya sejumlah hotel baru di Padang sementara pasar yang digarap tidak bertambah.
Adapun, tahun lalu Pemkot Padang mengeluarkan izin untuk sembilan hotel baru yang rata-rata tengah dibangun dan ditargetkan beroperasi di pertengahan tahun ini.
Sembilan hotel baru itu adalah grup Aston yang membangun Prominade Aston Condotel, Fave Hotel, dan Harper Hotel. Selain itu, juga Amaris, Aryaduta, Whizt Hotel, Perwata, Trans, dan Padang Green City.
Diperkirakan pembangunan hotel-hotel baru dengan standar bintang empat dan tiga itu akan menambah pasokan kamar hingga sekitar 1.000 unit. Belum termasuk hotel yang berencana melakukan perluasan seperti Grand Zuri.
Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah mengatakan pemerintah setempat tidak menutup potensi investasi sektor perhotelan di daerah itu.
“Pengusaha memiliki perhitungan sendiri untuk investasi. Kami memang arahkan untuk bangun di kawasan baru, di dekat objek wisata yang memiliki potensi pengembangan penginapan dan resort,” katanya.
Dia mengungkapkan industri perhotelan di daerah itu masih amat menjanjikan karena tingkat keterisian kamar masih tergolong tinggi di kisaran 70% - 80%. Bahkan, di hari libur, okupansi hotel umumnya mencapai 100%.
Mahyeldi menjanjikan dukungan pemerintah untuk mendorong pengembangan sektor meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) di Padang, sehingga ikut mendongkrak pertumbuhan pariwisata.