Kabar24.com, JAKARTA - Salah satu calon pimpinan Komisi Yudisial Jaja Ahmad Jayus dicecar berbagai pertanyaan saat uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) dalam Komisi III DPR.
Pertanyaan--pertanyaan tersebut dilontarkan oleh beberapa fraksi yakni anggota Fraksi Demokrat, Erma Suryani Ranik dan Fraksi NasDem, Akbar Faisal.
Akbar menyebut Jaja tak layak untuk mengikuti fit and proper test lantaran kinerjanya tak terlihat saat di periode sebelumnya.
Begitu juga Erma yang melihat Jaja jarang terlihat berbicara di hadapan publik terkait peran pengawasan hakim.
Dicecar berbagai pertanyaan, Jaja pun menjawab "Semua lembaga termasuk KY belum memaksimalkan outcome. Saya lebih utamakan pencapaian outcome dari pada riak-riak yang tak bisa berujung," ujar Jaja di ruang Komisi III, Kompleks Senayan pada Kamis (21/1/2016).
Dia menegaskan dirinya termasuk orang dengan tipe sedikit bicara namun banyak bekerja.
Dia juga mengatakan konsep tersebut dijalaninya saat menjadi komisioner KY.
Capim KY itu menambahkan sering menerima wartawan untuk diwawancara terkait masalah persoalan etika hakim.
"Saya sering menerima wartawan di ruangan saya. Secara prinsip, saya lebih utamakan outcome daripada bicara. Banyak bekerja," tutur Jaja.
Selama menjadi komisioner KY, dia mengupayakan peran lembaga pengawas etika hakim itu berjalan maksimal sesuai fungsinya. Tak lupa, ada harapan agar KY menjadi lembaga yang seimbang dalam menjalankan fungsi pelaksanaan dan pengawasan.
"Sebagai lembaga mandiri penuh yang diberi 2 fungsi sebagai pelaksana dan pengawasan. Karena keduanya diibaratkan dua sisi mata uang," sebut Jaja.