Bisnis.com, TANGERANG--Sejumlah kebijakan pemerintah ditengarai bakal memompa inflasi Provinsi Banten hingga 5,3%-5,8% (year-on-year /yoy) pada tahun ini.
Prediksi tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi tahun lalu sebesar 4,29%.
Adapun, ketiga kebijakan tersebut antara lain kenaikan harga LPG, meningkatnya harga listrik yang disertai dengan migrasi golongan pengguna listrik dari 450 volt ampere (VA) dan 900 VA ke 1.300 VA, serta fluktuasi nilai tukar rupiah.
“Ketiga kebijakan tersebut bakal memberikan dampak dari segi kenaikan administered price. Ancaman lainnya adalah persoalan cuaca dan logistik, meski ini tidak berpengaruh signifikan berdasarkan analisis kami,” kata Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia Provinsi Banten Jenidar Oseva ketika dihubungi Bisnis, Senin (18/1).
Khusus untuk fluktuasi nilai tukar rupiah, dirinya mengungkapkan hal tersebut berpengaruh signifikan terhadap laju harga di beberapa wilayah industri, misalnya Tangerang, dan Cilegon.
“Sebagian besar industri di Indonesia masih ditopang oleh bahan baku impor sehingga jika ada fluktuasi kurs, maka harga barang yang dijual di pasar juga berpotensi melonjak,” tuturnya.
Tak hanya itu, BI Banten juga memprediksi adanya penyesuaian ke atas harga bahan bakar mengikuti kenaikan harga minyak dunia.
Meskipun demikian, pihaknya optimistis kondisi kenaikan harga bahan makanan mampu ditekan seiring dengan kesiapan pemerintah mengantisipasi kekeringan.
Pada Desember lalu, inflasi Banten mencetak kenaikan menjadi menjadi 0,99% month-to-month (mtm) atau 4,29% year-on-year (yoy).
Jika dirinci, dari tiga wilayah di Banten yang dipantau oleh Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi tahun kalender tertinggi diraih oleh Serang 4,67%, Kota Tangerang 4,28%, dan Cilegon 3,94%.
BPS mencatat sebanyak 26 kota yang ada di Pulau Jawa mengalami inflasi. Capaian tertinggi diraih oleh Serang 4,67%, Tangerang 4,28%, Tegal 3,95%, Cilegon 3,94%, dan Bandung 3,93% pada periode yang sama.