Kabar24.com, PADANG—Laju inflasi Sumatra Barat tahun lalu menjadi yang terendah sepanjang sejarah, hanya 1,08% jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai dua digit atau sebesar 11,85%.
Namun, Bank Indonesia mengingatkan potensi peningkatan inflasi lebih tinggi tahun ini karena fluktuasi harga dan ancaman perubahan iklim el nino di pertengahan tahun dan La Nina di akhir tahun yang berpotensi menyebabkan gagal panen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Barat Puji Atmoko menyebutkan pencapaian inflasi 2015 jauh lebih rendah dari ekspektasi BI di awal tahun yang mematok inflasi 5% hingga 6%.
“Pertama kali dalam sejarah inflasi Sumbar paling rendah secara nasional. Bahkan dari dua digit tahun 2014 menjadi hanya 1,08%,” katanya, Jumat (8/1/2016).
Dia menyebutkan membaiknya inflasi sepanjang tahun lalu didorong pasokan komoditas pangan yang relatif terjaga, tidak adanya kebijakan kenaikan harga energi strategis oleh pemerintah, serta turunnya permintaan akibat daya beli masyarakat yang rendah.
Meski terkendali, Puji meminta tim pengendalian inflasi daerah (TPID) di setiap kabupaten/kota mewaspadai potensi kenaikan harga yang fluktuatif. Terutama untuk komoditas pokok seperti cabai merah, bawang, dan beras yang terancam mengalami gagal panen di sejumlah daerah.
Dia mencontohkan inflasi Sumbar di bulan Desember 2015 mencapai 1,79% dan merupakan yang tertinggi di Sumatra. Padahal bulan sebelumnya inflasi daerah itu 0,52%.
“ Volatilitas harga di Sumbar masih tinggi. TPID perlu pastikan pasokan komoditas pokok tidak berkurang di daerah,” katanya.
Puji memaparkan sepanjang Desember, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 4,59%, karena meningkatnya harga cabai merah yang mencapai 38,98%.
Peningkatan harga cabai itu disebabkan berkurangnya pasokan dari Jawa dan sebagian Sumatra. Perubahan cuaca yang cukup ekstrem ikut memperparah pasokan di beberapa sentra produksi cabai lokal.
Adapun, kelompok administered price mengalami inflasi sebesar 2,36% dengan tekanan terbesar dari tiket biaya angkutan udara sebesar 49,37%. Periode libur panjang Natal dan Tahun Baru meningkatkan permintaan tiket pesawat.