Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siti Asiyah Menangis Saat Anaknya Diangkat Jadi Pastor

Robertus B. Asiyanto, 31 tahun, menjadi salah satu pastor muda yang baru ditahbiskan bersama 10 pastor lain di Seminari I Paulus Ledalero, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur, Sabtu, 10 Oktober 2015. Asiyanto menjadi perhatian karena merupakan anak seorang muslimah bernama Siti Asiyah, yang sehari-hari mengenakan kerudung.
Ilustrasi Gereja/wallpaper
Ilustrasi Gereja/wallpaper

Kabar24.com, JAKARTA--Robertus B. Asiyanto, 31 tahun, menjadi salah satu pastor muda yang baru ditahbiskan bersama 10 pastor lain di Seminari I Paulus Ledalero, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur, Sabtu, 10 Oktober 2015. Asiyanto menjadi perhatian karena merupakan anak seorang muslimah bernama Siti Asiyah, yang sehari-hari mengenakan kerudung.

Leo Kleden, salah satu romo di Seminari I Paulus Ledalero, menceritakan, saat Asiyanto ditahbiskan menjadi pastor, seluruh orang yang hadir di ruangan tersebut memberi tepuk tangan. Sedangkan Siti Asiyah, kata Leo, berlinang air mata melihat anaknya menjadi pastor.

"Karena melihat anaknya mengikuti kata hatinya. Di dalam sebuah rumah, ibunya seorang muslimah dan anaknya seorang Katolik, bahkan pastor," kata Leo saat dihubungi, Selasa, 13 Oktober 2015.

Leo pun menceritakan kenapa Siti Asiyah membebaskan anaknya memeluk agama lain. Dia menjelaskan, Siti Asiyah berasal dari Pulau Jawa. Sebelum pergi ke Flores, Asiyah dan suaminya memiliki satu putri yang dititipkan kepada kakek dan neneknya. Setelah berada di Flores, Asiyah pun melahirkan Asiyanto.

"Namun ia harus menelan kecewa karena sang suami kembali ke Jawa dan meninggalkan dirinya beserta Asiyanto," ujar Leo.

Leo menuturkan Asiyah, kala itu, sehari-hari bekerja di Rumah Sakit Santo Rafael Cancar. Asiyah menjadi single parent dalam mendidik dan mengasuh sendiri anaknya itu. Asiyanto bersekolah di lingkungan Katolik.

"Anak itu sendiri masuk Katolik sewaktu dia kecil, mungkin sewaktu SD," ujarnya. Jadi, kata dia, peristiwa Asiyanto berpindah agama terjadi sekitar 25 tahun silam. Asiyanto pun masuk seminari.

Pada 10 Oktober, Asiyanto beserta sepuluh kawannya mengikuti pentahbisan imam Katolik. Sebelum proses pentahbisan itu, Asiyanto pernah meminta izin kepada ibunya untuk menjadi pastor. "Anaknya bilang ingin jadi pastor. Ibunya bilang, 'Kamu ikut panggilan hati kamu'," ujar Leo.

Saudara perempuan Asiyanto, yang ditinggal di Jawa, juga menghadiri pentahbisan ini. Asiyah pun baru bertemu dengan anak sulungnya itu, sejak 30 tahun lalu.

Leo mengenal Asiyanto sekitar 10 tahun lalu. Asiyanto adalah mahasiswa di tempat Leo mengajar, yakni Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. "Di Jurusan Filsafat Teologi Katolik, karena dia mau jadi imam," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper