Kabar24.com, BUKITTINGGI - Kota Bukittinggi di Sumatra Barat memiliki sejarah penting sebagai tonggak terbentuknya Polisi Wanita (Polwan) RI pada 1948.
Penjabat (Pj) Gubernur Sumbar Reydonnyzar Moenek meminta masyarakat setempat untuk bangga dan mendukung kiprah Polwan dalam melayani masyarakat dan negara.
"Sejarah ini penting bagi masyarakat Sumbar dan Indonesia agar menjadi semangat dan motivasi untuk bermuat bagi masyarakat, bangsa dan negara," katanya, Selasa (1/9/2015).
Dalam sejarahnya, terbentuknya Polwan dimotori enam wanita tangguh Indonesia yakni Mariana Saanin Mufti, Nelly Pauna Situmorang, Rosmalina Pramono, Dahniar Sukotjo, Djasmainar Husein, dan Rosnalia Taher.
Polwan Indonesia lahir pada 1 September 1948 ketika Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi. Saat ini, pemerintah harus menangani arus pengungsian besar-besaran akibat akibat agresi militer Belanda.
Pengungsian tersebut, berpotensi menimbulkan masalah jika ada penyusup yang masuk ke dalam rombongan pengungsi di bawah wilayah kekuasaan PDRI. Sehingga dilakukan penggeledahan, namun pengungsi perempuan menolak digeledah oleh polisi pria.
Dari situlah, keenam remaja itu secara resmi mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi. "Hari itu pun dinyatakan sebagai hari lahirnya polisi wanita Indonesia.Banggalah masyarakat Sumbar, di mana para putrid berdarah bundo kanduang memberikan dedikasi dalam memajukan Polri," ujarnya.
Adapun, Kapolri Badrodin Haiti meminta Polwan mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu menjaga keseimbangan antara dua sisi tugas sebagai ibu dalam rumah tangga dan tugas melayani masyarakat dan negara, menjadi satu kesatuan yang penting.
Polwan, imbuhnya, juga mesti mampu menempatkan diri dalam masyarakat sehingga menjadi idola yang membanggakan dan menjauhkan diri dari hal yang menyatu hak derajat wanita dan kepolisian.
Badrodin juga meminta peningkatan solidaritas dan sinergisitas Polwan dengan organisasi wanita, TNI dan organisasi lainnya. Termasuk juga menjaga nama baik korps dan mempertahankan jati diri dari image negatif.