Bisnis.com, REMBANG—Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia mendorong petani tembakau bermitra dengan pemasok maupun pabrikan sebagai upaya optimalisasi produksi pertanian dan mempermudah akses pasar.
Program kemitraan pemasok dengan petani telah diterapkan di sejumlah wilayah di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, melalui sistem produksi terintegrasi (integrated production system/IPS), khususnya menyasar lahan-lahan tidur yang sebelumnya tidak dimanfaatkan pascapanen padi.
Ketua Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo menyatakan tanaman tembakau bisa menjadi alternatif olahan petani menghadapi musim kemarau, saat tanaman pangan dan palawija kurang mampu dibudidayakan secara optimal.
"Musim kemarau sebagian lahan menganggur, petani tidak bisa tanam apa-apa. Tembakau bisa jadi alternatif ketika tanaman lain tidak bisa ditanam apalagi nilai ekonominya menjanjikan," katanyadi sela-sela mengunjungi ladang tembakau di Rembang, Sabtu (22/8/2015).
AMTI tercatat telah menginisiasi sistem produksi terintegrasi tembakau di Rembang melalui program kemitraan bekerja sama dengan PT Sadhana Arifnusa selaku pemasok daun tembakau PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
“Program kemitraan pada dasarnya juga meningkatkan kualitas tembakau karena ada pendampingan dan edukasi bercocok tanam. Akses pasar dijamin pemasok, ketika kualitas tembakau baik maka pabrikan senang dan tembakau terserap maksimal,” jelasnya.
Selama empat tahun kemitraan terintegrasi itu berlangsung, jumlah petani tembakau di Rembang meningkat hingga dua kali lipat menjadi 7.000 petani dengan penambahan luasan lahan tanam tembakau mencapai 2.000 hektare (ha).
Sementara itu, Surat Edaran Gubernur nomor 525.23/001176 tentang penataan areal tembakau Jateng musim tanam 2015 menyatakan luas tanam tembakau untuk Kabupaten Rembang adalah 2.500 ha, mengalami peningkatan dari 2013 tercatat 2.000 ha.