Bisnis.com, PADANG—Laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat tumbuh 5,27% di kuartal II/2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu 4,94%, ditopang tingginya pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi, serta komponen ekspor.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Yomin Tofri mengatakan pertumbuhan itu berasal dari sektor lapangan usaha informasi dan komunikasi 13,28%, jasa pendidikan 10,62%, dan transportasi dan pergudangan 9,72%.
“Laju pertumbuhan ekonomi Sumbar menurut lapangan usaha cukup menjanjikan karena semuanya tumbuh, kecuali sektor jasa keuangan yang terkontraksi 1,44%,” katanya, Rabu (5/8).
Menurutnya, sejumlah sektor tersebut masih potensial tumbuh di kuartal ketiga hingga penghujung tahun menyusul mulai pulihnya ekonomi dan meningkatnya realisasi belanja pemerintah.
Adapun, struktur PDRB Sumbar masih didominasi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 25,85%. Disusul sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor 14,27%, serta sektor transportasi dan pergudangan 11,51%.
Sedangkan laju pertumbuhan berdasaran pengeluaran ditopang kinerja net ekspor antar daerah yang mencapai 33,26% dan ekspor luar negeri 18,14%.
Jika dihitung sepanjang semester pertama tahun ini, maka ekonomi Sumbar tumbuh 5,38% (yoy), masih lebih rendah dari target pemerintah setempat untuk mengejar pertumbuhan 6,0%-6,4%.
Mulai naiknya pertumbuhan ekonomi Sumbar juga sejalan dengan proyeksi inflasi yang cenderung lebih stabil dan indek tendensi konsumen yang memandang positif periode tiga bulan ke depan.
Data BPS tersebut merangkum bahwa indek tendensi konsumen di kuartal II/2015 sebesar 101,07 poin atau lebih baik dari kuartal sebelumnya.
“Untuk kuartal III/2015 diperkirakan meningkat menjadi 107,38 poin. Artinya, masyarakat mikin optimis dengan pendapatan mereka untuk tiga bulan mendatang,” katanya.
Meski begitu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumbar di akhir tahun maksimal di level 5,8%, atau jauh di bawah target pemerintah.
Menurutnya, perlambatan capaian ekonomi sepanjang awal tahun ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah ikut terkoreksi. Apalagi masih ketatnya tekanan akibat masih lemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika, defisit necara perdagangan, dan investasi yang melambat.
“Situasinya memang sulit, karena secara nasional tekanan juga besar. Perkiraan kami pertumbuhan di kisaran 5,4%-5,8% di akhir tahun,” ujarnya.
Dia menyarankan pemerintah daerah meningkatan investasi baik penanaman modal asing maupul PMDN untuk mendongkrak pertumbuhan. Terutama investasi padat karya dan industri pengolahan untuk menciptakan nilai tambah.