Kabar24.com, JAKARTA— Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso membantah anggapan BIN lambat menginformasikan potensi gangguan keamanan di Kabupaten Tolikara, Papua.
Sutiyoso mengatakan pihaknya sudah memberi informasi mengenai situasi dan potensi aksi yang terjadi di Tolikara sejak 11 Juli 2015. Kepolisian Resor Tolikara pun segera meresponsnya, dengan menggelar rapat Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) pada 13 Juli 2015.
“Kepolisian melakukan penjagaan pada 17 Juli 2015, karena ada informasi dari kami. Ada pihak yang memanfaatkan peristiwa ini untuk menyerang Pak Jokowi, pemerintahan, Kapolri, dam saya sebagai Kepala BIN,” katanya di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (22/7/2015).
Sutiyoso menuturkan, tembakan yang dilepaskan aparat keamanan di Tolikara, dilakukan untuk mengendalikan massa yang brutal. Pasalnya, saat itu masa sudah berkumpul untuk melakukan aksi di dekat lokasi yang kemudian dibakar.
Menurutnya, harus ada investigasi yang dilakukan secara lengkap dalam menentukan siapa aktor intelektual dari insiden tersebut. Semua pihak harus menunggu proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan Polri dalam menyelesaikan kasus tersebut.
“Harus ada investigasi. Untuk menjawab itu kan tidak bisa menuduh sembarangan. Penyelidikan polisi masih panjang, dan bisa saja ada keterlibatan pihak asing,” ujarnya.
Teten Masduki, Tim Komunikasi Presiden, sebelumnya mengatakan Presiden Jokowi meminta Kepolisian melakukan penegakan hukum terhadap seluruh pelaku dalam insiden di Tolikara. Presiden juga memerintahkan seluruh jajarannya untuk membangun kembali seluruh fasilitas yang rusak dalam insiden tersebut.
“Presiden juga akan melakukan dialog dengan tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat Papua untuk sama-sama meredam, serta menenangkan situasi di sana,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel