Kabar24.com, JAKARTA - Para diplomat Iran dan enam negara masih berkumpul di sekitar meja konferensi di Wina, Swis hari ini. Para diplomat itu bekerja keras untuk menuntaskan kesepakatan nuklir dengan Iran yang tenggatnya adalah hari ini, 30 Juni 2015.
Namun sejumlah pihak telah menyatakan bahwa pembicaraan tidak akan selesai pada Selasa tengah malam ini. Negosiasi kemungkinan akan berlanjut meski tenggat terlewati, namun banyaknya perbedaan antara dua pihak menimbulkan tanda tanya soal apakah kesepakatan akan bisa tercapai antara Iran dengan AS, Prancis, Inggris, Rusia, China dan Jerman itu.
Meski pejabat Amerika Serikat dan sekutunya menekankan komitmen mereka terhadap proses diplomatik, ada kesadaran tinggi bahwa kegagalan untuk mencapai kesepakatan bisa meningkatkan tekanan untuk aksi militer AS terhadap instalasi nuklir Iran.
Dalam sebuah wawancara pada bulan April 2015 lalu, Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengatakan kepada Erin Burnett dari CNN bahwa saat ini AS memfokuskan pada perundingan, tapi juga disiapkan opsi militer jika negosiasi nuklir itu gagal.
"Kami memiliki kemampuan untuk menutup, memukul mundur kembali dan menghancurkan program nuklir Iran dan saya percaya Iran tahu dan mengerti itu," kata Carter.
Salah satu kemampuan penting dari opsi militer adalah pada bom kuat penembus tanah yang dikenal sebagai Massive Ordnance Penetrator (MOP) - bom raksasa 15-ton yang dapat meledak 200 kaki di bawah tanah dan dirancang khusus untuk menghancurkan target yang terkubur bumi.
MOP adalah senjata pilihan untuk menghadapi situs-situs yang berada di bawah tanah seperti fasilitas nuklir Iran di Fordow dan Natanz, yang menjadi tempat beberapa reaktor nuklir terbesar negara Republik Islam itu. "Dan bom siap digunakan jika diperlukan," kata Carter.