Bisnis.com, BANDUNG - Para pelaku usaha ritel di Jawa Barat mengaku pertumbuhan bisnis selama triwulan I-2015 sebesar 12-14% mengalami penurunan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang menembus angka 15-16%.
Sekretaris DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jabar Henri Hendarta mengatakan, penurunan bisnis ritel pada tahun ini secara keseluruhan akibat ekonomi nasional yang memang sedang loyo. Disamping itu, tidak adanya pertumbuhan gerai baru.
"Penjualan pada tahun ini masih bisa tumbuh, tapi pertumbuhannya tidak sebagus tahun lalu," katanya, kepada Bisnis, Kamis (28/5/2015).
Saat ini, masih ada beberapa kabupaten/kota yang melakukan moratorium terhadap pembukaan gerai baru baik minimarket hingga hypermarket. Di Bandung, saat ini jumlah minimarket tidak berubah dikisaran 400 gerai.
Sedangkan jumlah supermarketnya ada 49 gerai dan hypermarketnya ada sembilan. Untuk supermarket dan hypermarketnya diawal tahun ini sama sekali belum ada penambahan gerai baru.
"Agar bisnis bisa tumbuh, kami berharap pemerintah yang memiliki proyek besar untuk segera mencairkan anggarannya agar daya beli masyarakat bisa tumbuh juga," ujarnya.
Hal yang sama diakui pula Director of Corporate Affairs, Industrial Relations & Risk Management PT Hero Supermarket Tbk Arief Istanto. Menurut dia, pertumbuhan penjualan selama tiga bulan pertama pada tahun ini mengalami anomali. Pasalnya, disaat volume penjualan menurun, tapi market share justru menanjak.
"Penurunan ini karena memang terkena dampak pertmbuhan ekonomi nasional yang kurang bagus. Untuk itu, saya berharap pada semester dua tahun ini bisa lebih bagus terutama saat memasuki momen bulan puasa," ujarnya.
Sambil berharap pada pertumbuhan penjualan di momen puasa, pihaknya pun akan memperbaiki lay out sejumlah gerai agar bisa menarik kunjungan para konsumen setianya untuk berbelanja di Hero.
Puasa Momen Perbaikan
Henri berharap, pertumbuhan yang tidak bagus di awal tahun ini bisa diperbaiki saat memasuki bulan puasa dan Idulfitri. Karena berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, penjualan mengalami peningkatan signifikan pada momen tersebut.
"Barang-barang kebutuhan sehari-hari biasanya aik hingga 20%. Sedangkan kebutuhan sandang jauh lebih besar lagi bisa meningkat dua atau tiga kali lipat," ujarnya.
Menurut dia, produk busana merupakan salah satu komoditas yang diburu oleh masyarakat menjelang lebaran, baik itu busana anak-anak, dewasa dan juga bayi dipastikan mengalami peningkatan luar biasa.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, pengusaha perusahaan ritel di Kota Bandung sudah melakukan penambahan stok hingga 20% sejak sebelum memasuki Ramadan.
"Ada kecenderungan masyarakat berbelanja busana pada awal Ramadan, bahkan sebelumnya. Peluang itu kami tangkap dengan mengeluarkan stok lebih awal," kata Hendri.
Selain busana, komoditas lainnya yang mengalami peningkatan signifikan adalah barang musiman seperti sirup, kue kaleng, kurma serta beberapa komoditas lainnya yang khas pada Bulan Ramadan.(