Bisnis.com, JAKARTA — Serikat Pekerja Indonesia Luar Negeri (SPILN) meminta buruh migran Indonesia (BMI) untuk merubah mindset, dari yang bersikap apatis menjadi lebih kritis.
“Sudah saatnya BMI merubah dari sikap diam, pasrah dan terima. Kini harus berani, cerdas dan sejahtera,” jelas Iskandar Zulkarnaen, Ketua Dewan Penasihat SPILN, saat refleksi May Day di kantor SPILN di Tebet, Jakarta, Jumat (1/5/2015).
Iskandar menegaskan bahwa buruh adalah kaum lemah, jika mereka tak bersatu dan kompak, maka akan mudah dibodohi. Saat ini, banyak kasus yang menimpa BMI di luar negeri, baik yang bekerja di sektor darat maupun di sektor maritim/kelautan.
Sementara, kasus-kasus yang dialami BMI, sampai sekarang masih belum tertangani dengan baik. “Ini menunjukkan bahwa masih lemahnya sistem perlindungan yang diberikan Pemerintah terhadap BMI,” jelasnya.
Iskandar juga menyayangkan sikap pemerintah yang belum tampak melindungi BMI di luar negeri. “Pemerintah terlalu sibuk mengurus kasus perbudakan Anak Buah Kapal warga negara asing (WNA) di perairan Indonesia. Namun, pemerintah mengabaikan pengawasan dan perlindungan WNI yang menjadi ABK di luar negeri.”
SPILN berharap di Hari Buruh internasional 2015 ini menjadi hari dari awal kebangkitan BMI yang tersebar di seluruh pelosok dunia. Begitu pula dengan pemerintah Indonesia untuk terus memaksimalkan perlindungan terhadap WNI yang bekerja di luar negeri.