Bisnis.com, JAKARTA--Tak ada pegawai yang berani menunjukkan rasa kantuknya di kantor. Di Jepang justru pekerja diperbolehkan mendapat waktu istirahat di siang hari.
Kendati waktu tidur pekerja lebih sedikit, untuk memperoleh kinerja yang lebih baik perusahaan justru mempersilakan pekerja tidur di waktu kerja seperti yang dikutip dari theguardian, Rabu (29/4/2015).
Okuta yang bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di jasa renovasi rumah dekat Tokyo, memperbolehkan karyawannya tidur siang selama 20 menit di mejanya atau di ruang santai pegawai. Kendati baru 2 tahun memimpin perusahaan, Isamu
Okuta membuktikan hal itu berdampak besar bagi produktivitas pegawai. Ikuko Yamada, salah seorang akuntan mengaku bila menggunakan sebuah kalkulator ketika mengantuk, dia harus mengecek ulang pekerjaannya. Tujuannya, agar tidak terjadi kesalahan. Namun, hal itu menyita waktu lebih lama. Sejak menerapkan tidur siang, dia mengaku mengalami perubahan positif yang berdampak pada kinerjanya.
“Menurut saya, performa kerja saya meningkat sejak terbiasa tidur siang,” katanya.
Di Jepang, kebiasaan tidur siang di waktu kerja disebut inemuri yang menunjukkan seorang pekerja mengantuk akibat kelelahan bekerja. Pada kondisi itu, atasan wajib memberi waktu istirahat kepada pegawainya agar kinerja lebih baik.
Bahkan, Kementerian Kesehatan di Jepang menyarankan agar pekerja di usia produktif menyisihkan waktu untuk tidur siang selama 30 menit. Di Perusahaan Hugo Inc, sebuah perusahaan konsultan internet yang berkantor di Osaka memiliki waktu fleksibel yang mengizinkan pegawainya tidur siang selama 30 menit antara pukul 13.00 hingga 16.00.
Perusahaan lainnya justru menyediakan sofa dan mempersilakan karyawan pergi ke tempat tidur siang umum yang dilengkapi dengan tempat tidur. Survey menunjukkan orang Jepang hanya tidur 6 jam 22 menit—waktu ini lebih sedikit dari pekerja di negara lain. Hanya 54% responden yang merasa memiliki waktu tidur yang baik setiap malamnya.