Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KAA 2015: Ini Harapan Pengusaha Muda Indonesia

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) berharap agar Indonesia dapat memelopori dan mendorong Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 menjadi blok baru kekuatan ekonomi global.
Menteri Sekertaris Negara Pratikno (ketiga kiri), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (tengah), dan Menteri Pariwisata Arief Yahya (kedua kiri) melihat stan Pameran Kerjasama Selatan-Selatan Triangular (KSST) di Jakarta Covention Center, Minggu (19/4/2015). Pameran tersebut merupakan rangkaian dari Konferensi Tingkat-Tinggi (KTT) Asia Afrika 2015 yang berlangsung hingga tanggal 23 April 2015./Antara
Menteri Sekertaris Negara Pratikno (ketiga kiri), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (tengah), dan Menteri Pariwisata Arief Yahya (kedua kiri) melihat stan Pameran Kerjasama Selatan-Selatan Triangular (KSST) di Jakarta Covention Center, Minggu (19/4/2015). Pameran tersebut merupakan rangkaian dari Konferensi Tingkat-Tinggi (KTT) Asia Afrika 2015 yang berlangsung hingga tanggal 23 April 2015./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) berharap agar Indonesia dapat memelopori dan mendorong Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 menjadi blok baru kekuatan ekonomi global.

Ketua Umum BPH Hipmi Bahlil Lahadalia mengatakan perhelatan internasional itu harus menjadi blok baru kekuatan ekonomi global. Himpunan pun meyakini Presiden Joko Widodo dapat memimpin untuk merealisasikan hal tersebut.

"KAA akan menjadi relevan bila diarahkan untuk mempertajam isu isu perekonomian global yang semakin tidak adil dan hanya menguntungkan blok tertentu," ujarnya dalam keterangan tertulis, (20/4/2015).

Oleh karena itu, ia berharap Bahlil Indonesia mampu mendorong KAA menjadi penyeimbang forum-forum dan lembaga-lembaga keuangan global yang telah disetir oleh negara-negara barat melalui lembaga-lembaga transnasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Bank Dunia (Word Bank), Dana Moneter Internasional (IMF), dan bank-bank regional seperti Bank Pembangunan Asia (ADB).

“Lembaga-lembaga itu terbukti tidak mampu memberikan daya saing dan stabilitas ekonomi bagi negara-negara berkembang baik di Asia maupun Afrika. Yang terjadi malah tidak tercipta kemandirian ekonomi di negara-negara Asia dan Afrika,” ujarnya.

Lebih lanjut Bahlil menyampaikan negara-negara di KAA dapat berbagi kebijakan dalam mengelola sektor-sektor strategis seperti energi dan perdagangan. Saat ini, baik Asia maupun Afrika merupakan pemilik cadangan minyak dan gas terbesar dunia. Asia dan Afrika merupakan pasar terbesar dunia yang mencakup 75% dari populasi dunia.

Sayangnya, lanjutnya kontribusi negara besar di kawasan ini hanya sekitar 40% terhadap total GDP global. Tak hanya itu, potensi lainnya yang dimiliki negara adalah kawasan kekuatan ekonomi global telah bergerak ke Asia yang ditandai dengan dominasi ekonomi China dan India.

Meskipun India dan China menjadi negara-negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia dan Afrika, menurut Bahlil Indonesia lebih memiliki kekuatan historis dan tradisi dalam menggalang solidaritas negara-negara Asia Afrika.

“Kepemimpinan Indonesia sudah teruji dalam perjuangan politik melawan kolonialisme. Saya kira saat ini bisa diteruskan dengan
kepemimpinan solidaritas kawasan di bidang perekonomian,” jelas Bahlil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper