Bisnis.com, JENEWA-- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah Ebola yang tersebar luas masih terus menjadi darurat kesehatan masyarakat.
WHO mengadakan pertemuan kelima Komite Darurat Ebola guna membahas wabah Ebola pada Kamis (9/4/2015). Komite tersebut menyatakan bahwa seluruh resiko penyebaran internasional telah makin berkurang sejak Januari. Penurunan kasus peristiwa dan penyebaran geografis terjadi di Libiera, Sierra Leone, dan Guinea.
"Kemajuan telah dicatat di seluruh ketiga negara itu," kata Bruce Aylward, Asisten Direktur Jenderal WHO, dalam taklimat pada Jumat (10/4/2015).
Dia menyatakan beberapa kasus yang belum lama ini dikonfirmasi dari Sierra Leone dalam satu pekan belakangan turun jadi sembilan, sementara Guinea melaporkan hanya 21 kasus dan Liberia melaporkan nol kasus dalam dua pekan belakangan ini.
"Resiko penyebaran internasional tampaknya berkurang. Ini adalah hasil dari kegiatan yang dilaksanakan di semua negara tersebut," katanya.
WHO kembali telah menyampaikan perlunya upaya internasional untuk melanjutkan dukungan buat sebagian besar negara yang terpengaruh oleh Ebola sampai wabah tersebut dikalahkan.
Dukungan, kata WHO, juga perlu diberikan bagi upaya negara itu menuju pemulihan dan pembangunan keuletan masa depan.
Wabah Penyakit Virus Ebola (EVD) 2014 di Afrika Barat adalah yang paling lama, paling besar, paling mematikan dan paling rumit dalam sejarah, kata laporan terkini dari Kelompok Pembangunan PBB (UNDG) mengenai dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan oleh Ebola di sub-wilayah Afrika.
Hingga 11 Februari 2015, ada sebanyak 22.859 kasus Ebola dan sebanyak 9.162 kematian, kata laporan itu.
Komite Darurat Ebola menyimpulkan wabah tersebut, yang merenggut lebih dari 10.000 nyawa dan menyerang lebih dari 25.000 kasus, terus menjadi darurat kesehatan masyarakat global dan menyarankan semua rekomendasi sebelumnya diperluas.
Langkah kesehatan tambahan, seperti karantina pelancong yang baru pulang, penolakan izin masuk, pembatalan penerbangan dan penutupan perbatasan, secara mencolok mempengaruhi angkutan dan perjalanan internasional dan secara negatif berdampak pada upaya tanggapan dan pemulihan, tambah komite itu.