Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KABUPATEN TANGERANG: Ini Tiga 'Menu' yang Masih Perlu Perhatian

Debu, angin, jalan berlubang adalah menu utama dalam perjalanan menuju dan dari Pusat Pemerintah Kabupaten Tangerang di Tigaraksa, Banten.
Kantor Pemkot Tangerang/pddi-infokom-kotatangerang.biz.ly
Kantor Pemkot Tangerang/pddi-infokom-kotatangerang.biz.ly

Bisnis.com, TANGERANG--Debu, angin, jalan berlubang adalah menu utama dalam perjalanan menuju dan dari Pusat Pemerintah Kabupaten Tangerang di Tigaraksa, Banten.

Selasa (7/4/2015) siang saya bersama seorang rekan dari Garnisun Tetap I sengaja menempuh perjalanan singkat menuju kantor bupati Tangerang. Kami melaju dari kawasan Gading Serpong, Tangerang langsung masuk ke tol.

Tiga sajian utama seperti disebutkan dalam paragraf pertama saya dapati selepas gerbang tol Balaraja Timur di Kabupaten Tangerang, Banten. Begitu roda mobil berangsur dari tol kami sempat kebingungan memutuskan cabang jalan mana yang harus dipilih.

Kami harus melintasi pertigaan jalan yang berbentuk seperti putaran ke kiri. Untung kami tidak gegabah langsung ambil putaran kiri pertama. Ternyata beberapa meter di depan barulah terpampang papan rambu jalan yang memberi informasi lebih jelas arah jalan.

Perjalanan menuju Kantor Bupati Tangerang Ahmad Zaki Iskandar butuh waktu sekitar sejam dengan catatan tol lancar. Ini sama sekali bukan perjalanan khusus, melainkan sekadar hendak mencari tahu posisi sentral pemerintahan segenap rakyat Kabupaten Tangerang.

Kabupaten tersebut ada di timur Provinsi Banten pada koordinat 106°20′-106°43′ Bujur Timur dan 6°00′-6°20′ Lintang Selatan dengan luas mencapai 959,6 km persegi. Dengan kata lain Kabupaten Tangerang mencaplok 9,93 % dari seluruh luas wilayah Banten.

Di sebelah utara, kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang. Di selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.

Perjalanan sekitar 10 kilometer dari gerbang tol menuju Puspemkab sebetulnya tak terlalu sukar ditempuh. Ruas jalan cukup lebar sekitar 12 meter dari ujung ke ujung yang lain dan cukup tersedia angkutan umum, di antaranya mikrolet jurusan Cimone-Balaraja dan Serang-Pasar Kemis.

"Tidak aneh kalau pusat kabupaten di Tigaraksa, mungkin mereka [pemerintah] hanya cari tanah yang murah saja [tak pertimbangkan sukar atau tidak untuk dijangkau]," kata Oktavianus, seorang warga Kabupaten Tangerang kepada Bisnis, di Legok, Tangerang, Banten, Selasa (7/4/2015).

Oktavianus hanya salah satu penduduk di wilayah Kabupaten Tangerang yang pernah merasakan betapa tidak nyaman kondisi jalan menuju Tigaraksa. Mungkin perasaan tidak nyaman ini hanya disebabkan karena seseorang belum terbiasa.

Tidak terlalu sukar untuk menjangkau Puspemkab Tangerang via Jalan Raya Serang. Di tengah perjalanan saya mengambil pertigaan yang dihias gapura menjulang berwarna ungu, inilah Jalan K.H. Syekh Nawawi untuk menuju pusat pemerintah kabupaten.

Sejak belok kiri di pertigaan tersebut, saya pikir sudah dekat dengan kantor bupati. Ternyata perjalanan masih membentang di depan. Setidaknya masih harus menempuh sekitar 6 kilometer sampai tiba di kantor bupati.

Wow, komplek pemerintahan ini komplit mulai dari kantor bupati, kejaksaan negeri, pengadilan agama, kantor pajak, Polresta Tangerang, berbagai instansi lain hingga masjid. "Kekagetan" bertambah ketika mendapati perkantoran pejabat pemerintahan yang begitu sepi, saya bahkan kebingungan saat mencari orang guna menanyakan posisi ruang humas di lantai 2 kantor bupati.

Ketakjuban saya tak berhenti pada "keramaian" pusat pemerintahan ini melainkan dalam perjalanan pulang. Perjalanan sekitar 1,5 jam berikutnya saya tempuh melalui rute berbeda alias jalan nontol Jln. STP Curug.

Jalan raya hanya terdiri dari dua ruas arah kendaraan berlawanan. Pemandangan kanan dan kiri jalan terdiri dari rumah penduduk, persawahan, rumah toko (ruko), dan pasar. Ah iya, tak lupa sejumlah kawanan hewan ternak, kambing dan domba, turut meramaikan kanan dan kiri jalan.

Dari dalam kabin mobil, saya dan seorang rekan anggota Garnisun beberapa detik terhenyak. Kami melihat mata seekor anak domba nanpolos terbaring lemah di pinggir jalan tanpa bisa berdiri, mungkin usianya belum sampai lima bulan.

Anak domba itu agaknya menahan sakit sehabis tertabrak, entah motor atau truk, dan diungsikan seorang pengendara motor ke pinggir jalan. "Kasihan sekali, dia bagaimana nanti," ujar kepada teman saya yang fokus pegang kemudi sembari mengamati si domba dari spion.

"Yang perlu diperhatikan [pemerintah dari kondisi jalan di kabupaten ini] adalah banyak ternak berkeliaran," tutur Hadi, anggota Garnisun Tetap I, setelah kami tuntaskan perjalanan.

Sepanjang jalan pulang bisa saya rangkum dengan beberapa kata seperti pada paragraf pertama; debu, angin, jalan berlubang. Sekilas rasanya seperti sedang melaju di permukaan laut, terpental karena jalan rusak seperti ketika terlonjak saat dihampiri ombak dan disertai angin kencang.

Sayangnya, angin yang berembus di kabupaten itu tak terasa lembab seperti di pantai melainkan berkabut coklat alias berisi debu tanah yang terbang. Saya jadi tergelitik, apa kiranya yang terlintas di benak bupati Tangerang tatkala melintas di ruas jalan bertabur tiga menu utama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper