Kabar24.com, JAKARTA – Masyarakat Indonesia berkesempatan melihat gerhana bulan total yang kerap disebut blue moon alias bulan merah darah malam ini, 4 April 2015. Diperkirakan puncak gerhana terjadi pukul 19.00 dan umat Muslim diminta menggelar shalat sunnah gerhana yang disebut shalat khusuf
Gerhana bulan total pada Sabtu 4 April bertepatan dengan 14 Jumadil Akhir 1436H diperkirakan mulai bisa dilihat sejak pukul 17.15 dengan puncak gerhana bulan total pukul 19.01 dan selesai pukul 20.44. Kementerian Agama mengimbau umat Muslim melakukan shalat gerhana.
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Machasin di laman kemenag.go.id, Jumat 3 April, mengimbau umat Islam untuk melakukan shalat sunnah gerhana atau shalat khusuf secara berjamaah, sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad dan dianjurkan (sunnah muakkadah) untuk bertakbir terlebih dahulu.
Selain itu, umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak zikir, doa, istighfar, sedekah, dan melakukan amal-amal kebajikan lainnya.
TATA CARA SHALAT GERHANA (www.nu.or.id)
Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua tanda-tanda kekuasaan Allah, maka apabila kalian melihat gerhana, maka berdo’alah kepada Allah, lalu sholatlah sehingga hilang dari kalian gelap, dan bersedekahlah.” (HR Bukhari-Muslim)
Sayyidatuna A’isyah ra bercerita: Gerhana matahari pernah terjadi di masa Rasululloh SAW kemudian beliau shalat bersama para sahabat. Beliau pun berdiri dengan lama, ruku’ dengan lama, berdiri lagi dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu ruku’ dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu mengangkat kepala dan bersujud, dan melakukan sholat yang terakhir seperti itu, kemudian selesai dan matahari pun sudah muncul. (HR Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Para ulama sepakat bahwa shalat gerhana matahari dan bulan adalah sunnah dan dilakukan secara berjamaah. Berdasarkan redaksi hadits yang pertama di atas penamaan gerhana matahari dan bulan berbeda, shalat khusuf untuk gerhana bulan dan shalat kusuf untuk gerhana matahari.
Imam Maliki dan Syafi’i berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidatuna A’isyah berpendapat bahwa shalat gerhana dengan dua rakaat dengan dua kali ruku, berbeda dengan shalat Id dan Jumat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga terdapat penjelasan serupa, yakni shalat gerhana dikerjakan dua rakaat dengan dua kali ruku, dan dijelaskan oleh Abu Umar bahwa hadits tersebut dinilai paling shahih.
Maka dengan begitu keistimewaan shalat gernana dibandingkan dengan shalat sunnah sunnah lainnya terletak pada bilangan ruku pada setiap rakaatnya. Apalagi dalam setiap ruku’ disunnahkan membaca tasbih berulang-ulang dan berlama-lama.
Tasbih berarti gerak yang dinamis seperti ketika bulan berrotasi (berputar mengelilingi kutubnya) dan berevolusi (mengelilingi) bumi, bumi berotasi dan berevolusi mengelilingi matahari, atau ketika matahari berotasi dan berevolusi pada pusat galaksi Bimasakti. Namun pada saat terjadi gerhana, ada proses yang aneh dalam rotasi dan revolusi itu. Maka bertasbihlah! Maha Suci Allah, Yang Maha Agung!
Adapun tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:
1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau matahari terlebih
dahulu. (Sebagai panduan lihat di rubrik IPTEK)
2. Shalat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Sebelum shalat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,
”Ash-shalatu jaami'ah.”
4. Niat melakukan shalat gerhana matahari (kusufisy-syams)
atau gerhana bulan (khusufil-qamar),
menjadi imam atau ma’mum.
5. Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.
6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud.
7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah
dan surat kembali
8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang
daripada surat kedua. Demikian pula pada rakaat kedua,
bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua.
Misalnya rakaat pertama membaca surat Yasin (36)
dan ar-Rahman (55), lalu rakaat kedua
membaca al-Waqiah (56) dan al-Mulk (78)
9. Setelah shalat disunahkan untuk berkhutbah.
GERHANA BULAN TOTAL DI YOGYAKARTA
Gerhana bulan total yang akan terjadi pada Sabtu (4/4) dapat dilihat langsung di langit wilayah Yogyakarta.
“Bagi masyarakat yang penasaran dan ingin melihat fenomena alam ini untuk mencari tempat di ketinggian, serta yang sedang tak ada awan Cumulonimbus (Cb)," kata Kepala Seksi Data dan Informasi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Teguh Prasetyo, Jumat, 3 April.
Menurut dia, awal gerhana bulan sudah bisa dilihat pada pukul 16.00 WIB di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. "Gerhana bulan akan terjadi mulai pukul 16.00 WIB sampai 22.00 WIB. Sedangkan puncaknya sekitar pukul 20.00 WIB," katanya.
Ia mengatakan pada saat tersebut posisi bumi akan berada di antara matahari dan bulan. Dengan begitu, akan terlihat bayangan bumi, di bulan. "Setelah pukul 18.00 WIB akan semakin gelap. Di bulan akan kelihatan bayangan bumi nanti."
Teguh mengatakan bagi masyarakat yang penasaran, disarankan untuk mencari tempat yang lebih tinggi. Untuk menghindari tertutup bangunan atau pohon.
"Selain itu, kendala lain adalah awan mendung atau Cumulonimbus (9b). Karena saat ini di Yogyakarta masih masa pancaroba dan berpotensi terjadinya hujan. Terutama di waktu sore atau malam hari," katanya.
Salah satu lokasi yang ideal untuk menyaksikan gerhana bulan tersebut adalah kawasan Candi Prambanan, dengan latar berupa bangunan cagar budaya tersebut, akan lebih mengena jika ingin diabadikan dengan foto.
"Tetapi hanya sampai pukul 18.00 WIB saja, setelah jam tersebut wisatawan harus sudah keluar area Candi Prambanan," kata Kepala Unit Taman Wisata Candi Prambanan Priyo Santoso. (Antara/Bisnis.com)