Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KAA 2015: Thailand, Beda Nasib Tujuan Sama

Enam puluh tahun lalu, saat negara-negara Asia dan Afrika bersatu menyuarakan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, Thailand tidak berpangku tangan. Sekalipun tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun di dunia ini negeri itu turut mendukung tujuan mulia tersebut.
Salah satu keindahan Ayutthaya, Bangkok.  / Bisnis-arys
Salah satu keindahan Ayutthaya, Bangkok. / Bisnis-arys

Kabar24.com, JAKARTA - Enam puluh tahun lalu, saat negara-negara Asia dan Afrika bersatu menyuarakan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, Thailand tidak berpangku tangan. Sekalipun tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun di dunia ini negeri itu turut mendukung tujuan mulia tersebut.

Padahal, latar belakang berdirinya Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada saat itu, salah satunya adalah kesamaan nasib, yaitu sama-sama negara terjajah.

Namun, perbedaan nasib tersebut tidak membuat Thailand pasif dalam mewujudkan tujuan dari KAA. Beberapa tujuan penyelenggraan KAA antara lain demi kepentingan bersama, meningkatkan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial-budya, menegakkan kedaulatan negara, imperialisme, serta masalah rasialisme.

Kemudian, menegaskan kedudukan negara-negara Asia Afrika dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia.

Baru-baru ini, Thailand bahkan mengumumkan akan menghukum mati bagi pelaku perdagangan manusia. Pada Kamis (26/3/2015) Parlemen Thailand sepakat untuk memberikan hukuman lebih keras bagi pelaku perdagangan manusia, termasuk hukuman seumur hidup, hingga hukuman mati jika korban mereka sampai meninggal.

"Jika orang yang diperdagangkan itu mati di tangan penyelundup, hukumannya bisa seumur hidup bahkan hukuman mati," kata Chatchawan yang mengetuai komite yang bertanggung jawab atas amandemen UU tersebut sebagaimana dikutip dari sejumlah media.

Terlepas adanya pertentangan pendapat terkait hukuman mati, setidaknya Thailand berupaya untuk mewujudkan perdamaian dunia serta memberantas masalah rasialisme dan perbudakan, yang merupakan salah satu tujuan dari KAA.

Langkah ini diambil karena, menurut data dari Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Thailand merupakan salah satu sumber negara transit dan tujuan utama bagi perdagangan manusia di dunia. Oleh karena itu, ketegasan hukum dalam memberantas perdagangan manusia perlu diambil tindakan.

Selain isu hak asasi, Negeri Gajah Putih ini juga berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Asia. Ditinjau dari segi ekonomi, Thailand memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam, di antaranya, timah, karet, gas alam, kayu, gypsum, lignite, ikan, fluorite, dan tanah yang subur.

Sama seperti Indonesia dan Malaysia, negara seluas 513.254 kilometer persegi ini, merupakan pemasok karet terbesar di dunia. Bahkan pada Februari 2011 disebutkan harga kontrak karet dari Thailand pernah menduduki harga tertinggi.

Negara dengan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha ini juga turut aktif dalam organisasi-organisasi internasional. Menurut data dari www.Kemlu.go.id, Thailand berpartisipasi dalam ADB, APEC, APT, ARF, ASEAN, BIMSTEC, BIS, CP, EAS, FAO, G-77, IAEA, IBRD, ICAO, ICC, ICCt (penandatangan), ICRM, IDA, IFAD, IFC, IFRCS, IHO, ILO, IMF dan IMO.

Sepak terjang negeri itu juga terlihat di IMSO, Interpol, IOC, IOM, IPU, ISO, ITSO, ITU, ITUC, MIGA, NAM, OAS (pemantau), OIC (observer), OIF (pemantau), OPCW, OSCE (pemantau), PCA, PIF (pemantau), UN, UNAMID, UNCTAD, UNESCO, UNHCR, UNIDO, UNITAR, UNMIS, UNWTO, UPU, WCL, WCO, WFTU, WHO, WIPO, WMO dan WTO.

Walau tidak pernah dijajah, negara dengan mata uang baht ini juga menjunjung tinggi hasil dari KAA pada 1955 yaitu Dasasila Bandung.

Dasasila Bandung berisi tentang menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB, menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa, mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil, tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain, menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.

Selain itu, tidak melakukan tekanan terhadap negara lain, tidak melakukan agresi terhadap negara lain, menyelesaikan masalah dengan jalan damai, memajukan kerja sama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya, serta menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

Berdasarkan Dasasila Bandung, berbagai kerjasama diwujudkan di berbagai bidang antara negara Asia, Afrika bahkan dunia.

Bilateral

Bangkok sebagai ibukota Thailand merupakan tempat bersejarah dalam pembentukan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 1967.

Negeri yang terkenal akan keindahan kain sutranya ini memiliki luas area sebesar 513.254 kilometer persegi. Berdasarkan wilayah geografisnya, Thailand berbatasan dengan Laos di timur, Kamboja di timur laut, Myanmar di barat dan Malaysia di bagian selatan.

Pada 2011, tingkat pertumbuhan populasi di Thailand diestimasikan sebesar 0,566 persen. Penduduknya juga diperkirakan meningkat dari 64.763.000 jiwa menjadi 66.720.153 jiwa, di mana Bangkok tercatat sebagai kota di Thailand dengan populasi tertinggi.

Negeri yang berbentuk monarki konstitusional ini dipimpin oleh Raja Bhumibol Adulyadej selaku kepala negara.

Ditinjau dari segi ekonomi, Thailand memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam, di antaranya adalah timah, karet, gas alam, kayu, gypsum, lignite, ikan, fluorite, dan tanah yang subur.

Sama seperti dua negara mitranya yakni Indonesia dan Malaysia, Thailand juga merupakan pemasok karet terbesar di dunia. Bahkan, pada Februari 2011, harga kontrak karet tunai di Thailand sempat menempati harga tertinggi.

Hubungan Republik Indonesia dan Thailand telah terjalin sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dimana kedua negara telah meningkatkan hubungan melalui seni, budaya, agama, arsitektur dan karya sastra.

Kerja sama kedua negara semakin dimantapkan dengan peresmian hubungan diplomatik pada 7 Maret 1950 yang diperingati dengan resepsi diplomatik Indonesia-Thailand pada tahun ke-60 di 2011.

Ragam kerja sama kedua negara terlibat di bidang ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya dan upaya kemanusiaan.

Upaya saling kunjung pemimpin kedua negara juga menambah mesra hubungan tersebut.

Negeri yang dijuluki Seribu Pagoda itu memiliki peran yang besar, karena letaknya dikelilingi oleh negara-negara ASEAN di daratan seperti Kamboja, Laos, Myanmar dan Malaysia yang juga merupakan jembatan ke Benua Asia.

Negara Thailand memiliki peran yang besar karena rancangan konektivitas jalan R3A yang menghubungkan provinsi Chiang Rai di Thailand ke provinsi Nam Louang Tha di Laos hingga Kunming di China yang tentu saja akan memudahkan hubungan perdagangan serta kerja sama lainnya untuk dilakukan ke negara-negara lain di kawasan ASEAN wilayah daratan.

Rencana

Warga kelas menengah di Indonesia yang makin banyak, mendorong minat tinggi dari perusahaan-perusahaan asing, terutama dari Thailand untuk berinvestasi. Fenomena itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh UOB berjudul United Overseas Bank's Asian Enterprise Survey 2014.

Sebanyak 90 juta jiwa atau 40% dari jumlah total populasi Indonesia dikategorikan sebagai kelas menengah dan hal ini mendasari ketertarikan perusahaan-perusahaan dari Singapura (26%), Thailand (25%) dan China (21%) untuk ekspansi ke Indonesia.

Ekonom Senior UOB Group Ho Woei Chen mengatakan lonjakan pembangunan infrastruktur di Indonesia diamati seksama berbagai negara di kawasan regional Asia.

Berdasarkan UOB Asian Enterprise Survey 2014, perusahaan konstruksi dari Malaysia (50%), Singapura (40%), Thailand (33%) dan Hong Kong (33%) sangat optimis akan rencana pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Selain kesempatan investasi di dua negara, Indonesia juga berpeluang meniru strategi perkembangan perekonomian di Thailand.

Salah satunya bisa cara Thailand dalam mengembangkan bisnis kulinernya. Penulis dan pelopor pembentukan komunitas wisata boga Jalan Sutra, Bondan Winarno, mengatakan Indonesia bisa meniru cara Thailand mempromosikan kuliner untuk memperkenalkan khazanah makanan tradisional Tanah Air ke mancanegara.

Bondan menuturkan Thailand terbukti berhasil menduniakan makanan tradisionalnya dengan "Thai Kitchen to The World", program promosi pariwisata lewat kuliner.

Langkah pemerintah dan pemangku kepentingan Thailand menggunakan kuliner sebagai media promosi sudah membuahkan hasil. Restoran-restoran Thailand kini bermunculan di berbagai belahan dunia.

"Dari target sekitar 10.000 restoran di seluruh dunia, kini hanya kurang dari lima tahun sejak program itu diluncurkan, telah ada 20 ribu restoran Thailand di selruh dunia," kata Bondan.

Indonesia, lanjut dia, punya lebih banyak ragam makanan dibandingkan negara Gajah Putih itu dan bisa menggunakan cara serupa untuk menduniakan kekayaan makanan tradisional Tanah Air.

Sekalipun sekarang di Indonesia banyak acara reality show tentang jenis makanan beserta koki yang membuatnya, seperti "Hell Kitchen", "Master Chef" dan lain-lain namun sayangnya jenis masakan yang ditawarkan masih didominasi menu internasional, bukan fokus pada masakan tradisional Indonesia.

Melalui kesempatan pengembangan kerja sama bidang ekonomi tersebut, Indonesia telah mempersiapkan Pertemuan Bisnis Asia-Afrika atau Asia Africa Business Summit yang merupakan bagian dari Konferensi Asia-Afrika.

Pertemuan tersebut akan difokuskan untuk membahas empat bidang ekonomi yaitu infrastruktur, perdagangan, agribisnis, kemaritiman, dan kelautan.

"Asia Africa Business Summit ini akan fokus pada empat bidang yang sejalan dengan prioritas pemerintahan Indonesia yaitu infrastruktur, perdagangan di antara negara-negara Asia Afrika, agribisnis, kemaritiman, dan kelautan," kata Ketua Pelaksana AABS Noke Kiroyan.

Menurut Noke, pertemuan bisnis tersebut akan dihadiri 400 peserta yang terdiri atas 200 peserta asal Indonesia dan 200 peserta dari negara-negara Asia dan Afrika.[]

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper