Kabar24.com, DEPOK-- Staf Pengajar Program Studi Filsafat Universitas Indonesia Naupal mengatakan pihaknya telah meneliti bahwa gerakan radikal di Indonesia tumbuh subur setelah tumbangnya Orde Baru.
Dia mengatakan gerakan radikal tersebut lahir berkaitan dengan persoalan politik, pembentukan identitas diri, dan problem kekuasaan. Padahal, sejak Orde Baru berkuasa, gerakan radikal jarang muncul ke permukaan.
"Sehingga asumsi dasar yang kami lihat juga terjadi dalam fenomena kehidupan di Indonesia," paparnya dalam Seminar & Diskusi Pengaruh Isis Terhadap Gerakan Radikalisme Islam di Indonesia yang digelar oleh Mahasiswa Filsafat UI di Auditorium FIB UI, Kamis (26/3/2015).
Dia memberikan contoh beberapa kelompok gerakan yang menginginkan lahirnya kekhalifahan dianggap ideal untuk menggantikan isu demokrasi.
Selain itu, kata dia, persoalan ekonomi yang ada di Indonesia yang dianggap liberal dan kapitalis dinilai kelompok tersebut harus diganti sistem syariah.
"Setelah paham tersebut terbangun selanjutnya kelompok dari mereka merasa harus memunculkan bentuk jihad," paparnya.
Dia menuturkan dalam dunia kosmo disebutkan bahwa identitas pribadi yang tidak punya tempat atau termarjinalkan berhasrat membangun kembali keyakinan atas kejayaan masa khilafah pada zaman sebelumnya. Hal tersebut juga ditelusuri sangat kuat terjadi di Indonesia.
"Ketika kami melakukan penelitian di Solo dan Malang, terdapat gerakan radikal dengan mengekspresikan eksistensi mereka berpakaian yang beda dengan kelompok lain, sehingga disebut gerakan resistensial untuk melawan gerakan barat yang dominan," ujarnya.