Kabar24.com, MUMBAI – Kalangan investor meminta Pemerintah India menggunakan instrumen belanja APBN untuk mendorong agresivitas belanja modal negara itu di tengah komitmen pemerintah untuk mendisiplinkan fiskal.
Pasalnya, lingkaran belanja modal yang lesu diyakini akan mendorong aksi jual utang dan ekuitas sehingga menyebabkan instabilitas nilai tukar rupee. Para investor menekankan jangan sampai pasar India yang mulai bergairah sejak Pemerintahan Narendra Modi kembali lesu.
“Jika kita lihat fundamentalnya, pasar ekuitas India memang overvalued. Para investor berharap bujet tahun ini dapat mengagresifkan lingkaran investasi, namun hal itu tidak dapat terjadi dalam waktu singkat,” kata ekonom DBS Bank, Ashish Vaidya di Mumbai, Selasa (24/2).
Vaidya menyampaikan saat ini kinerja sektor korporasi yang merupakan salah satu indikator penting aktivitas perekonomian, cenderung menunjukkan tren perlambatan.
Di sisi lain, sejak Modi berhasil menduduki kursi perdana menteri, pasar saham India menunjukkan performa gemilang, terbaik kedua di Asia setelah China. Pasar saham menggeliat di tengah pertumbuhan yang mencoba bangkit dari stagnasi, terdorong oleh sentimen positif investor yang meyakini Modi akan mereformasi perekonomian India.
Data menunjukkan sejak awal tahun ini investor asing telah menempatkan uangnya di pasar utang dan saham India sebesar US$8,21 miliar. Adapun, investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) India tahun lalu menyentuh rekor US$42,34 miliar.
Sayangnya, sejumlah analis meragukan gairah pasar tersebut masih akan berlanjut tahun ini. Survei Reuters pada sejumlah analis mengungkapkan pasar ekuitas dapat terkontraksi 6%-8% jika investor menilai rencana APBN yang akan dipresentasikan akhir pekan ini tidak pro-pertumbuhan.