Bisnis.com, JAKARTA - Menerima bonus akhir tahun, sudah seperti tradisi bagi karyawan di berbagai perusahaan. Ketika perusahaan berhasil mencatatkan laba dan para karyawan berhasil meraih prestasi kerja yang memuaskan. Bukan tak mungkin bonus berlipat-lipat akan diterima oleh karyawan.
Kebanyakan orang memang akan langsung memanfaatkan bonus gaji tersebut untuk memuaskan diri dan bersenang-senang. Hal tersebut sah-sah saja dilakukan, karena salah satu tujuan perusahaan memberikan bonus adalah merangsang prestasi sembari memberikan kepuasan bagi karyawan.
Namun ada baiknya, bila bonus yang diterima tersebut tak seluruhnya dihabiskan untuk bersenang-senang. Adakalanya, kelebihan pendapatan tersebut dimanfaatkan untuk menyeimbangkan neraca keuangan di bulan-bulan berikutnya.
Eko Endarto, seorang perencana keuangan dari Finansia Consulting mengatakan bahwa bonus memang berbeda dengan gaji. Sifat bonus yang merupakan pendapatan tidak rutin, menurutnya sudah sewajarnya untuk dimanfaatkan untuk pengeluaran tidak rutin, seperti berlibur atau wisata belanja.
Akan tetapi dia menggaris bawahi bahwa, tidak semestinya 100% bonus gaji tersebut dihabiskan seluruhnya. Karena sifatnya yang tidak rutin diterimakan, adakalanya sebagian dari dana tersebut digunakan untuk investasi.
Saran saya pos pertama yang harus diperhatikan dan disishkan adalah pos hutang. Sebaiknya 30% dari bonus disisihkan untuk kurangi atau lunasi hutang, ujar Eko Endarto.
Jika pos pembayaran atau pelunasan hutang tersebut sudah terpenuhi. Akan lebih nyaman untuk menghitung pos-pos lain yag perlu diperhatikan. Karena beban pengeluaran wajib sudah sedikit terkurangi.
Selanjutnya, jika anda ingin memanfaatkan bonus terseut untuk merencanakan masa depan. Akan lebih baik jika porsi 30% selanjutnya dimasukkan dalam daftar investasi.
Investasi tersebut bisa bermacam-macam, bisa untuk mengajukan KPR, bisa untuk dimasukan dalam deposito tabungan, atau berinvestasi dengan membelikan barang berharga yang nilainya terus bertambah setiap tahun, seperti emas dan perhiasan.
Selanjutnya, untuk mengapresiasi kinerja dan prestasi diri anda sendiri. Eko mengatakan, sisa 40% bonus gaji yang tersedia, bisa anda manfaatkan untuk memuaskan diri. Anda bisa gunakan untuk bersenang-senang bersama keluarga atau kawan, atau bisa juga untuk dana liburan ketika anda mendapat cuti panjang.
Namun adakalanya karena sudah terlalu gembira menerima bonus gaji, yang terlintas di kepala adalah menghabiskannya untuk bersenang-senang dalam waktu sesaat. Selanjutnya ketika terdapat berbagai pengeluaran yang tak terduga, mau tak mau kita harus menyisishkan pendapatan tetap atau bahkan berhutang.
Untuk menyiasati hal tersebut, Eko bependapat bahwa kita harus bekomitmen terlebih dahulu saat menerima bonus. Akan lebih aman jika proses pembagian persentase bonus dilakukan seperti urutan yang dijabarkan olehnya di atas.
Ketika bonus masuk ke rekening, langsung komitmen dengan memotong untuk mengurangi utang, investasi dan kemudian baru kalap belanja. Jangan sebaliknya,iItu tidak akan pernah berhasil, kata Eko.
Selain itu dari sisi psikologis, bila kita menghabiskan dana bonus 100% untuk konsumsi, maka gaya hidup kita jadi berubah. Tapi Jika kita hanya gunakan 40% dari bonus, maka perubahan gaya hidup tidak akan berubah terlalu drastis. Maka di bulan berikutnya rasanya tidak akan seberat bila semua bonus kita pake untuk konsumsi.
Sebab beberapa pos yang membebani di bulan-bulan berikutnya telah direduksi oleh bonus yang sudah kita sisihkan sebelumnya.