Bisnis.com, PADANG -- Meski harga kebutuhan pokok sudah mulai turun sepanjang awal tahun ini setelah pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi, namun nilai tukar petani (NTP) tetap tak terdongkrak.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatra Barat mencatatkan per Januari 2015 NTP daerah tersebut turun 0,62% menjadi 98,54 poin dari Desember 2014 yang masih 99,15 poin. Indeks harga yang diterima petani pun turun 1,27% dan harga yang dibayar petani juga turun 0,97%.
Kepala BPS Sumbar Yomin Tofri mengatakan masih rendahnya nilai tukar petani meski di awal tahun terjadi deflasi 0,24% secara nasional, disebabkan harga produk pertanian yang masih lemah di pasar global.
“Sebagian besar harga produk pertanian masih rendah, sehingga nilai yang diterima petani juga tidak naik,” katanya, Senin (2/2/2015).
Dia menyebutkan produk pertanian di Sumbar masih didominasi sawit dan karet yang harganya di pasar dunia masih belum menunjukkan tanda-tanda kenaikan.
Data BPS mengungkapkan NTP masing-masing subsektor tanaman pangan tercatat 100,12, subsektor hortikultura 95,63 poin, subsektor tanaman perkebunan rakyat 96,51 poin, subsektor peternakan 100,62 poin, dan subsektor perikanan 105,65 poin.
Yomin mengatakan indeks yang diterima petani dari kelima subsektor itu menunjukkan berfluktuasinya harga beragam produk pertanian. Bulan lalu, terjadi penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,27%.
Nilai itu, katanya, disebabkan menurunnya harga yang diterima pada empat subsektor, yaitu tanaman pangan sebesar 0,99%, hortikultura 1,67%, tanaman perkebunan rakyat 2,22%, dan peternakan 0,15%.
Sementara itu, subsektor perikanan mengalami kenaikan 0,28%.Penurunan harga BBM bersubsidi di awal tahun ini, menyebabkan Kota Padang deflasi 1,98% dan Kota Bukittinggi 0,39%.
“Deflasi terjadi karena sejumlah harga kebutuhan pokok mengalami penurunan akibat penurunan harga BBM bersubsidi,” katanya. (Bisnis.com)