Kabar24.com, TERNATE- Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate, Maluku Utara (Malut), meminta kepada seluruh pendaki yang akan ke Gunung Gamalama wajib melaporkan ke pos terdekat yang telah disediakan, agar bisa diinventarisir pendaki yang berada di gunung api tersebut.
"Saya tegaskan, agar ke depan para pendaki lebih berikhtiar lagi, serta pada saat melakukan pendakian harus melalui jalur yang ditentukan, rombongan pendaki gunung harus ada pemberitahuan, ini kan ada rombongan yang tidak ada pemberitahuan, padahal seharusnya mereka harus melapor ke pos-pos yang ada," kata Walikota Ternate, Burhan Abdurahman di Ternate, Sabtu (20/12/2014).
Burhan mengatakan, jika para pendaki kemudian tidak memberitahukan maka dikhawatirkan pada saat proses evakuasi identitas para pendaki tidak diketahui.
Untuk itu, Walikota mengimbau kepada para pendaki terutama para remaja yang ingin mendaki, idealnya harus mengikuti prosedur yang ditetapkan, yakni harus melapor di pos penjagaan di Moya Kelurahan Marikurubu, supaya pada saat terjadi sesuatu gampang dievakuasi.
Tidak hanya itu saja, Walikota juga meminta kepada pihak RSUD agar sedianya menyiapkan stok obat-obatan, sehingga pada saat dibutuhkan semua kebutuhan menyangkut dengan masalah pengobatan dapat teratasi dengan baik.
Di tempat terpisah, Camat Ternate Tengah Tamrin Marsaoly ketika dihubungi mengatakan, terkait dengan sembilan orang pendaki yang tersesat di puncak gunung Gamalama paska letusan gunung, kamis malam kemarin saat ini telah dilaporkan dalam kondisi sehat.
Meski begitu, dirinya mengemukakan, sembilan orang yang melakukan proses pendakian tersebut, yang terdaftar hanya sebanyak tiga orang pemuda, masing-masing bernama Agung S Marsugi (17 tahun) warga Toboko, Ryan Saputra (19 tahun), Fajrin Usman (17 tahun) warga Tafure yang notabenenya adalah warga Kelurahan Tafure dan warga Kelurahan koloncucu, ketiga orang pemuda ini mulai mendaki dari jalur Moya.
"Sekarang ini kan jalur yang sah diresmikan oleh Pemerintah itu jalur Moya, karena di sana itu ada penjaga gunungnya, sehingga ketika terjadi apa-apa kita kan bisa mendata," katanya.
Sementara enam orang pemuda lainya, dijelaskan pada saat melakukan pendakian tidak memberitahukan identitas diri di pos-pos yang tersedia dan enam orang ini pada saat mendaki itu katakanlah tidak sesuai dengan cara-cara atau prosedur, karena tidak mengikuti jalur yang dikehendaki, yaitu mereka menggunakan jalur Marikurubu, dan mereka ini setelah kami data, ternyata mereka berasal dari Kelurahan Salero dan tiganya lagi dari Kelurahan Marikrubu tepatnya di satu orang dari Dusun Torano dan dua orang dari dusun Tongole. (Antara)
BACA JUGA: