Bisnis.com, JOGJA - Para siswa tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Daerah Istimewa Yogyakarta dinilai masih perlu tambahan pembekalan kemampuan kewirausahaan untuk mendukung kompetisi di era globalisasi dan menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomia Asean 2015.
Kadarmanta Baskara Aji, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga DIY, mengatakan siswa SMK memang dipersiapkan untuk terjun ke dunia kerja alih-alih melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dia menyebutkan total jumlah SMK Negeri dan non Negeri di DIY mencapai 300 unit dengan rata-rata jumlah siswa sebanyak 250.000-300.000 siswa per tahun. Setiap tahun, ujarnya, DIY memproduksi rerata 50.000 siswa lulusan SMK.
Saat ini, ujarnya, sebanyak 12% siswa lulusan SMK di DIY melanjutkan ke perguruan tinggi. Selanjutnya, sebanyak 60% terjun ke industri untuk bekerja di perusahaan milik orang lain. Sementara itu, ujarnya, hanya 28% lainnya yang terjun ke dunia kerja sebagai wirausahawan mandiri.
“Tentu jumlah ini masih kurang. Kami harapkan paling tidak prosentasenya sama antara mereka yang bekerja untuk orang lain dengan mereka yang usaha sendiri,” ujarnya kepada JIBI di Yogyakarta, Jumat (19/12/2014).
Menjelang era borderless pergerakan arus barang, jasa, dan sumber daya manusia MEA per Desember 2015, Aji mengaku sudah menggenjot berbagai jenis pembekalan keterampilan untuk para siswa SMK.
“Kami ajari kewirausahaan sehingga nanti komposisi anak-anak yang masuk ke dunia kerja dengan ikut bekerja di perusahaan orang lain dengan bekerja di perusahaan sendiri bisa seimbang. Bahasa juga kami arahkan agar mengembangkan bahasa lain selain bahasa Inggris,” ujarnya.
Dia mengemukakan Kurikulum 2013 hanya mendesain pengajaran Bahasa Inggris bagi para siswa, tidak bahasa lainnya. Namun, sekolah diminta memberi kesempatan kepada siswa agar dapat belajar bahasa lain di luar Bahasa Inggris.
“Pilihan mereka biasanya Bahasa Mandarin, Jepang, Korea, Perancis, dan lainnya. Bahasa merupakan salah satu kunci para siswa dapat berkompetisi di tingkat nasional, regional, dan internasional,” ujarnya.
Titu Wisma, staf pengajar mata pelajaran busana di SMK 6 Yogyakarta, mengatakan para siswa telah mulai dipersiapkan agar dapat bersaing di era MEA yang akan berlaku efektif pada Desember 2015.