Bisnis.com, SEMARANG—Inflasi bulanan di Jawa Tengah pada November 2014 mencapai 1,36%, meningkat cukup tajam dibandingkan dengan bulan sebelumnya, akibat penaikan harga BBM bersubsidi yang mendorong kenaikan tarif angkutan dalam kota.
Berdasarkan sumbangan inflasinya, komoditas bensin memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,49% dan komoditas angkutan dalam kota menyumbang inflasi 0,09%.
Marlison Hakim, Deputi Kepala Pewakilan Bank Indonesia Wilayah V, mengatakan laju inflasi di Jateng tercatat 1,36% (mtm), meningkat dari 0,52% (mtm) pada bulan sebelumnya.
"Capaian inflasi ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 0,30% (mtm)," ujarnya melalui keterangan pers, Selasa (2/12/2014).
Menurutnya, kenaikan inflasi November itu disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok barang yang diatur pemerintah (administered prices), tercatat sebesar 3,57% (mtm) atau lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya 0,77% (mtm).
Sementara secara tahunan, inflasi Jateng tercatat 6,19% (yoy) meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 5,01% (yoy).
Mencermati risiko inflasi kedepan, ujarnya, inflasi Desember diperkirakan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi administered prices diperkirakan masih akan meningkat sejalan dengan adanya dampak lanjutan kenaikan BBM pada November.
"Sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia, dampak kenaikan harga BBM akan berlangsung secara temporer selama tiga bulan, dengan puncaknya pada Desember 2014," lanjutnya.
Marlison menegaskan tantangan inflasi ke depan cukup besar, terutama dipicu oleh tekanan administered price.
Oleh karena itu, Bank Indonesia siap memperkuat koordinasi pengendalian inflasi melalui tim pengendalian inflasi daerah (TPID) dengan Pemerintah Provinsi Jateng.