Bisnis.com, BENGHAZI-- Sekitar 400 orang tewas dalam enam pekan pertempuran antara pasukan Libya pro-pemerintah dan kelompok-kelompok Islam yang mendirikan pemerintahan baru di kota terbesar kedua Libya, Benghazi.
Dalam tiga pekan terakhir pertempuran berpusat di sekitar pelabuhan komersial Benghazi. Pelabuhan itu telah ditutup, sehingga mengganggu persediaan makanan di kota timur. "Jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 400," kata sumber di rumah sakit Benghazi, namun menolak diidentifikasi karena alasan keamanan. Para petugas medis di rumah sakit lain di kota itu mengkonfirmasi perkiraan korban yang tewas.
Pertempuran di Benghazi adalah bagian dari gejolak yang lebih luas di negara Afrika Utara itu. Ada dua pemerintahan yang berdiri, masing-masing dengan parlemen dan kepala staf angkatan bersenjata berlomba-lomba untuk mencari legitimasi, 3 tahun setelah penggulingan pemimpin Muammar Qaddafi.
Pada Agustus, Perdana Menteri Abdullah al-Thinni dan kabinetnya dipaksa untuk meninggalkan Tripoli ke timur Libya ketika kelompok yang disebut "Libya Dawn" merebut ibukota. Para penguasa baru mendirikan pemerintahan dan parlemen sendiri, tetapi ini belum diakui oleh PBB dan kekuatan dunia.