Bisnis.com, JAKARTA—Presiden Ukraina Petro Poroshenko menggelar pertemuan darurat dengan pejabat keamanan guna membahas cara baru menghadapi kelompok separatis setelah pemberontak melakukan pemungutan suara yang tidak diakui negara Barat dan Ukraina.
Pemilu yang didukung oleh Rusia itu bisa menciptakan zona konflik baru dan mengancam persatuan Ukraina. Sebelumnya Ukraina telah kehilangan wilayah Crimea pada Maret lalu setelah dicaplok oleh Rusia sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (4/11/2014).
Pelaksana dua pemilu itu menyatakan kalangan pemimpin pemberontak meraih kemenangan di Donetsk dan Luhansk. Kedua wilayah itu menggunakan bahasa Rusia dalam komunikasi sehari-hari. Kemenangan itu telah menghilangkan kesetiaan mereka terhadap Poroshenko yang menentang keras pelaksanaan pemilu tersebut.
Dalam satu pernyataannya, presiden Ukraina menyebut pemilu tersebut sebagi sebuah pemilu yang aneh dan telah melanggar kesepakatan yang dicapai di Belaruasia pada 5 September. Padahal, kesepakatan itu bertujuan untuk menyelesaikan persoalan dengan kelompok separatis.
Sentimen itu didukung oleh pihak AS yang ikut mengutuk pemilu itu sebagi tidak sah dan mengingatkan akan meningkatkan sanksi ekonomi pada Rusia. Jika Moskow terus melanggar kesepakatan di Belarusia maka AS akan meningkatkan sanksinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
