Bisnbis.com, CIKARANG — Pemerintah Kabupaten Bekasi menyatakan berfokus bagi penguatan industri kecil dan menengah (IKM) guna menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA) pada 2015.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bekasi Titot Suheryanto mengatakan ekspansi produk, tenaga kerja dan modal asing tidak bisa dibendung saat berlangsunya MEA. Dengan kondisi itu, dia menuturkan para pelaku industri besar dengan skala usaha multinasional tentunya sudah memiliki standarisasi yang kuat untuk menghadapinya.
Oleh karena itu, menurutnya Pemkab Bekasi terus berfokus bagi pengembangan kapasitas IKM baik bagi standarisasi tenaga kerja, produk dan kemampuan usaha.
“Aka ada satu standar, baik barang maupun keterampilan. Kebanyakan perusahaan besar di Kabupaten Bekasi sudah punya standarisasi itu. Kami tinggal melakukan penguatan IKM,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (19/10/2014).
Menurutnya, Pemkab Bekasi berupaya menyiapkan pelaku IKM untuk meningkatkan standarisasi produk dan pekerja agar mampu berkespansi. Selain itu, lanjutnya, pihaknya mendorong IKM agar mampu menjadi penyedia barang dan jasa bagi perusahaan multinasional yang mengembangkan industrinya di wilayah tersebut.
Jangan sampai, sambung Titot, perusahaan besar di Kabupaten Bekasi justru memilih produk atau tenaga kerja asing sebagai pendukung bagi pengembangan industrinya.
“Kami mendorong agar pelaku IKM menjadi vendor perusahaan asing di Bekasi sehingga tidak perlu lagi asing masuk,” ungkapnya.
Dengan peningkatan kapasitas KM, TItot optimistis peningkatan ekspor barang dan jasa dari Kabupaten Bekasi dapat berlangsung signifikan. Apalagi, ungkapnya, Kabupaten Bekasi tersu tumbuh menjadi kawasan industri terbesar di Asia Tenggara. “Dan intinya Indonesia adalah pasar strategis di tingkat Asia,” ungkapnya.
Adapun, hingga triwulan III/2014 Pemkab Bekasi mencatat nilai ekspor mencapai US $1,36 miliar. Titot mengatakan nilai ekspor tersebut didasarkan pada surat keterangan asal (SKA) yang diterbitkan pemerintah daerah hingga pertengahan Oktober 2014. Dia menjelaskan Korea Selatan masih menjadi negara tujuan dengan nilai ekspor terbesar, yakni senilai US $249,09 juta.
Menyusul Thailand dan Belanda dengan nilai ekspor US $97,89 juta dan US $96,77 juta. Sementara itu, Tito menuturkan sektor elektronik dan otomotif menjadi penyumbang terbesar bagi nilai ekspor Kabupaten Bekasi.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Kabupaten Bekasi Sutomo menegaskan pentingnya kerjasama antara pemangku kepentingan untuk mempersiapkan diri jelang MEA.
Menurutnya, pemerintah daerah, pengusaha dan seluruh pihak yang terkait mesti mempersiapkan diri agar dapat memaksimalkan potensi wilayah yang terkenal dengan kawasan industri tersebut. Oleh karena itu, jelasnya, kerjasama atau sinergi antar Pemkab Bekasi, pengusaha dan masyarakat akan menjadi kunci dalam menghadapi MEA.
"Kabupaten Bekasi menjadi wilayah dengan potensi industri terbesar di Asean. Itu harus dimaksimalkan," ujarnya.
Selain itu, Sutomo menuturkan pemda mesti memiliki langkah cepat dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia dan pelaku usaha yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi. Saat ini, jelasnya, hal itu masih jauh dari standar kompetinsi yang diharapkan.Kondisi tersebut, sambungnya, akan menjadi masalah bagi mayarakat dan pelaku usaha lokal Bekasi ketika MEA berlaku.
"Masih jauh dari harapan. Pemda mesti punya political will dengan berorientasi pada peningkatan standar kompetinsi dan sertifikasi melalui lembaga-lembaga pelatihan," ungkapnya.