Bisnis.com, MALANG - Pakar vaksin dari dari Burnet Institute Melbourne Australia, Prof. Gregory Tannock, menegaskan sejauh ini belum ada vaksin untuk penyakit Middle East Respiratory Syndrome coronavirus (MERS-CoV) maupun Ebola.
Menurutnya Mers-CoV kali pertama ditemukan di Saudi Arabia. MERS disebabkan oleh coronavirus yang menyerupai SARS namun dengan beberapa perbedaan.
“Gejala terjangkit virus MERS antara lain demam tinggi, batuk, pneumonia akut, sindrom gangguan pernapasan akut, kegagalan multi-organ, dan kematian,” kata Gregory dalam kuliah tamu di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Kamis (16/10/2014).
Virus tersebut diduga berasal dari kelelawar atau unta dan sudah menjangkiti populasi manusia sekitar setahun lalu sebelum ditemukan kasus pertama. Pada Agustus 2014 terdapat 730 kasus dan 40%-50% diantaranya meninggal.
Sampai saat lanjut dia belum ada vaksin untuk mencegah penyakit tersebut dan belum ada obat antivirus yang terbukti efektif. Untuk itu pasien dengan gejala MERS harus dapat segera didiagnosa. “Salah satunya dengan menggunakan alat Real-Time PCR (RTPCR),” jelas dia.
Adapun untuk Ebola pertama diidentifikasi di Republik Demokratik Kongo pada 1975. Virus tersebut sangat infeksius, hanya dengan sejumlah kecil virus saja sudah dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh multiple.
Kriteria diagnosis untuk Ebola menurut CDC meliputi demam > 38,60 celcius, nyeri kepala hebat, nyeri otot, diare, muntah, perdarahan yang tidak jelas penyebabnya, dan adanya riwayat berkunjung ke daerah endemis atau kontak dengan penderita Ebola dalam 21 hari terakhir.
Terapi Ebola hanya berupa terapi suportif seperti mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta belum ada terapi yang spesifik
untuk penyakit tersebut.
untuk penyakit tersebut.
Pada kesempatan itu, Prof. Tannock juga memberi pemaparan mengenai virus flu burung dan SARS mulai dari penyebaran, gejala, dan pencegahannya. Penelitian lanjutnya menunjukkan terjadinya mutasi pada virus penyebab flu burung. “Hal ini menyebabkan meningkatnya virulensi atau keganasan dari virus tersebut,” tambah dia.
Kepala Laboratorium Mikrobiologi UB Malang, Prof. Noorhamdani, mengatakan kuliah tamu dengan mendatangkan Prof. Tannock tersebut merupakan kesempatan yang baik untuk mempelajari virus.
“Kita perlu waspada dengan cara memahami benar-benar apa penyebab virus, penyebarannya, dan pencegahannya,” sebutnya.