Bisnis.com, SEMARANG—Bank Indonesia (BI) Wiayah V Jawa Tengah dan DIY mencermati rencana kenaikan atau penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi oleh pemerintah baru bakal memicu kenaikan inflasi di wilayah ini.
Deputi Kepala Perwakilan BI Kanwil V Jateng dan DIY Marlison Hakim menyatakan rencana kenaikan harga BBM secara langsung dan tidak langsung akan berdampak pada kenaikan beberapa harga komoditas.
“Penyesuaian BBM bersubsidi pada pemerintahan baru ini yang perlu diwaspadai. Selain itu, akan memengaruhi pencapaian inflasi hingga akhir tahun.” kata Marlison, Jumat (3/10/2014).
Sesuai polanya, kata dia, inflasi Oktober diperkirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai juga antara lain terbatasnya pasokan bahan pangan sejalan dengan masuknya musim tanam.
Namun, stok beras Bulog yang mencukupi hingga hampir 9 bulan kebutuhan operasional diperkirakan dapat mengurangi tekanan inflasi bahan pangan.
Marlison mengatakan inflasi Jawa Tengah pada September sesuai perkiraan yang mana tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi tersebut didukung terjaganya pasokan dan ekspektasi inflasi.
“Inflasi September 2014 tercatat sebesar 0,22% (mtm), atau lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (0,31% mtm),” paparnya.
Secara tahunan, inflasi tahunan Jawa Tengah tercatat 5,00% (y-o-y) naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya 4,36% (y-o-y) terkait deflasi yang cukup dalam di September 2013 (0,72% mtm).
Perkembangan inflasi September tersebut mengindikasikan normalnya tekanan inflasi. Inflasi September 2014 lebih banyak dipengaruhi penyesuaian harga elpiji dan tarif listrik serta musiman biaya pendidikan.
Hal ini juga menunjukkan bahwa pemilihan waktu yang tepat penyesuaian harga administered prices menjadi sangat penting sehingga inflasi tidak tinggi.