Bisnis.com, MALANG—Migrasi konsumsi ke LPG kemasan 3 kg relatif kecil setelah ada penaikan harga LPG kemasan 12 kg.
Ketua Himpunan Swasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Malang Teuku Rizal Pahlevi mengatakan secara persis angka migrasi konsumsi LPG 12 kg ke LPG 3 kg belum diketahui.
“Namun indikasi adanya migrasi itu dengan meningkatkatnya permintaan pengiriman LPG 3 kg daripada sebelum harga LPG 12 kg naik,” kata Rizal di Malang, Selasa (23/9/2014).
Namun melonjaknya permintaan LPG 3 kg tidak sampai menjebol kuota LPG kemasan tersebut untuk Kota Malang, Kota Batu, dan Kab. Malang yang sebesar 112.000 tabung perhari.
Dengan indikasi sederhana tersebut, maka migrasi konsumsi LPG 12 kg ke LPG 3 kg relatif kecil.
Sedangkan LPG 12 kg, tingkat konsumsi masyarakat mencapai 2.500-3.000 tabung perhari.
Terkait dengan harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 kg di Malang yang sebesar Rp14.000 pertabung, dia nilai, sudah bagus sehingga tidak perlu direvisi.
Dengan HET LPG 3 kg sebesar itu, maka pengusaha masih memperoleh margin yang masih kompetitif.
“HET LPG 3 kg ditetapkan oleh Gubernur,” ujarnya.
Praktik di lapangan, dia mengakui, memang ada LPG 3 kg yang dijual seharga Rp15.000 pertabung.
Harga sebesar itu, masih dalam batas kewajaran karena lokasi yang jauh sehingga biaya transportasi relatif lebih tinggi dari pada pengecer yang lokasinya berdekatan dengan distributor.
Karena itulah, Hiswana Migas Malang tidak mengusulkan agar HET LPG 3 kg dirvisi. HET tersebut dinilai sudah kompetitif.
Dengan HET sebesar itu, pengusaha antusias untuk bersedia menjadi distributor maupun pengecer karena masih menguntungkan.
Seperti diberitakan, Hiswana Migas Sumatera Selatan meminta pemerintah provinsi menaikkan HET gas LPG 3 kg seiring kenaikan ongkos distribusi.
Hiswana Migas Sumsel mengajukan penaikan HET senilai Rp1.000 dari semula Rp13.800 pertabung menjadi Rp14.800 per tabung.
Sekretaris Hiswana Migas Sumsel Nina Hikmah mengatakan agen LPG 3 kg sudah sangat menantikan HET tersebut.
HET senilai Rp13.800 sudah selayaknya berubah karena telah bertahan selama dua tahun terakhir.
Apalagi mengingat adanya penaikan harga BBM bersubsidi yang menyebabkan biaya angkut juga meningkat.