Bisnis.com, JAKARTA - Eropa diprediksi bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi karena masa-masa kritis sudah lewat dan tinggal menjalani pemulihan.
Kepala Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai pertumbuhan positif Eropa saat ini masih cukup sustainable meskipun rawan.
"Jerman mulai stagnan. Sekalipun secara struktural kuat, tetapi ketergantungan ke zona Euro juga besar, padahal negara seperti Italia dan Spanyol belum bisa terlalu diharapkan," jelasnya, Selasa (17/9/2014).
Dalam laporan Economic Interim Assessment, OECD melansir pertumbuhan Jerman yang konsisten di angka 1,5% selama 2 tahun ini akan memimpin zona Euro keluar dari area defisit dan bertumbuh tipis di kisaran 0,8% tahun ini dan 1,1% pada 2015.
Hal ini juga disebabkan Prancis hanya mampu tumbuh 0,4% tahun ini dan 1% pada 2015.
Demi menghindarkan Eropa kembali masuk ke jurang defisit, OECD menyarankan kepada Bank Sentral Eropa (ECB) agar bersiap melakukan aksi moneter lanjutan, seperti quantitative easing.
"Negara-negara Eropa juga harus fleksibel dalam menyikapi aturan fiskal kawasan mereka, dan Zona Euro butuh stimulus moneter yang lebih kuat," ungkap Pejabat Kepala Ekonom dan Deputi Sekjen OECD Rintaro Tamaki.