Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KRISIS UKRAINA: AS Ditunding Ingin Pisahkan Rusia dengan Eropa

Amerika Serikat menggunakan krisis Ukraina untuk memotong hubungan ekonomi antara Uni Eropa dan Rusia memaksa Eropa untuk membayar lebih untuk gas, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov Sabtu (13/9/2014).
Konflik di Ukraina sempat mendingin awal bulan ini, tetapi kini intensitasnya kembali tinggi karena aksi saling tuduh dari kedua belah. /reuters
Konflik di Ukraina sempat mendingin awal bulan ini, tetapi kini intensitasnya kembali tinggi karena aksi saling tuduh dari kedua belah. /reuters

Bisnis.com, MOSCOW - Amerika Serikat menggunakan krisis Ukraina untuk memotong hubungan ekonomi antara Uni Eropa dan Rusia memaksa Eropa untuk membayar lebih untuk gas, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov Sabtu (13/9/2014).

"AS sedang mencoba untuk menggunakan krisis di Ukraina untuk memecahkan hubungan ekonomi antara Uni Eropa dan Rusia, serta memaksa Eropa membeli gas AS dengan harga jauh lebih tinggi," kata Lavrov dalam satu pernyataan kementerian dalam wawancaranya dengan TV Pusat Rusia.

Washington ingin menggunakan konflik lima bulan di Ukraina "untuk merobek ekonomi Eropa dari Rusia, dan tawar-menawar untuk dirinya sendiri yang paling menguntungkan dalam konteks perundingan yang sedang berlangsung, pada pembentukan perdagangan transatlantik dan kemitraan investasi".

Lavrov menuduh Washington mencoba untuk "memaksakan pada Eropa agar  pengiriman gas alam cair AS dengan harga yang tidak kompetitif dibandingkan dengan harga gas Rusia."

Rusia memasok sekitar sepertiga dari gas Uni Eropa.

Menteri luar negeri Rusia mengatakan, Uni Eropa "siap untuk mengorbankan ekonomi politiknya", sambil menambahkan bahwa Brussels telah menyetujui serangkaian sanksi baru melawan Rusia sehari Ukraina menandatangani perjanjian gencatan senjata di Minsk.

Akan tetapi Lavrov mengatakan bahwa apa yang dia lihat sebagai Bias Uni Eropa terhadap Rusia itu akan segera berubah karena "suara yang masuk akal" dalam blok itu telah menunjuk "situasi paradoks" yang memaksakan sanksi baru seperti kesepakatan gencatan senjata.

Pada Sabtu, Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin mencari untuk "menghilangkan" Ukraina sebagai negara merdeka.

Komentarnya itu datang setelah militer Ukraina mengatakan pihaknya telah dipukuli kembali besar serangan pemberontak di bandara Donetsk, ajang pertempuran utama dalam pemberontakan 5 bulan di wilayah timur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Fatkhul Maskur
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper