Bisnis.com, JAKARTA - Wabah ebola telah menimbulkan risiko panen dan melonjakkan harga makanan di wilayah Afrika Barat.
Kondisi ini diperkirakan akan terus berlangsung dalam beberapa bulan mendatang, sehingga memperparah penyebaran virus tersebut.
Hal tersebut disampaikan organisasi pangan dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) pada Selasa (2/9). Pihak FAO mengeluarkan peringatan khusus pada tiga negara dengan penyebaran wabah terbesar yakni Liberia, Sierra Lone dan Guinea.
“Sebelum virus ebola merebak, 80% pendapatan rumah tangga wilayah-wilayah tersebut dihabiskan untuk makanan. Kini ebola terjangkit, masyarakat justru sulit mendapatkan makanan terjangkau, padahal makanan dapat mencegah penyebaran virus di tubuh,” kata kepala FAO unit Dakar, Vincent Martin.
Sejak kemunculannya, virus ebola telah menewaskan setidaknya 1.550 orang. Virus ini pertama terdeteksi di wilayah tenggara hutan terpencil Guinea Maret lalu.
Harga-harga makanan naik setelah wilayah perbatasan antara ketiga negara sulit memasok suplai. Setelah virus muncul masyarakat ketiga negara dianjurkan untuk tidak berpindah tempat untuk meminimalisasi penyebaran.
Sebelumnya, divisi Food Program FAO telah menyetujui proses pemasokan 65.000 ton makanan ke wilayah di mana 1,3 juta orang telah terinfeksi ebola.