Bisnis.com, PEKANBARU-Tim gabungan yang terdiri dari sejumlah instansi dan perusahaan menggelar patroli gabungan di Taman Nasional Teso Nilo (TNTN) Riau guna mencegah konflik gajah dan manusia, memitigasi keberadaan satwa liar serta okupansi lahan hutan menjadi lahan sawit oleh para perambah.
Operasi gabungan digelar oleh tim flying squad dari PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), organisasi lingkungan World Wildlife Fund (WWF) Riau, Balai TNTN, BKSDA dan Yayasan (TNTN).
Kepala Balai TN Tesso Nilo drh Hayani Suprahman mengetakan operasi gabungan ini LSM dan perusahaan yang memiliki hutan tanaman di sekitar Tesso Nilo agar lebih efektif dan menyeluruh.
“Patroli bersama terhadap taman nasional itu telah dibentuk tahun 2007 dengan nama Tim Tesso Nilo, namun hanya berjalan dua tahun karena pada 2009 kegiatan tim difokuskan pada perluasan kawasan seiring tingginya kerusakan lahan di hutan konservasi. Sekarang diaktifkan kembali,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dirilis di Pekanbaru, Jumat (22/7)
Perambahan lahan hutan menjadi perkebunan sawit di TNTN semakin menghawatirkan. Hingga 2009, kerusakan dan alih fungsi lahan di kawasan tercatat sekitar 30% atau mencapai 28.000 hektare dari total luas hutan koservasi 83.064 hektare.
Kebijakan pengaktifkan kembali patroli bersama itu juga dilakukan untuk mendukung operasi penertiban dan pembersihan yang dilakukan sejak awal tahun 2011 yang melibatkan 250 personel gabungan dari berbagai unsur penengak hukum.
Humas WWF Riau, Syamsidar, mengatakan, selain untuk mencegah perambahan baru, patroli besama juga dilakukan untuk memberi pengarahan dan pemahaman kepada masyarakat yang mendirikan tempat tinggal di dalam kawasan Tesso Nilo.
Pada tahun ini kegiatan patroli gabungan akan dilaksanakan pada 21 Agustus – 4 September 2014 dan mulai diberangkatkan dari Camp Flying Squad PT. RAPP. Kegiatan patroli bersama ini merupakan patroli ke-3 pada tahun 2014
Presiden Direktur RAPP Kusnan Rahmin menjelaskan perusahaan saat ini memiliki 6 gajah terlatih dalam tim Elephant Flying Squad (EFS). EFS fokus menangani konflik antara gajah liar dan manusia. Tim ini bertugas berpatroli guna memitigasi konflik, mendata gajah liar, sosialisasi perlindungan satwa liar kepada masyarakat, dan mencegah perburuan satwa liar.
”Tim Patroli yang terdiri dari pawang terlatih, tenaga medis, dan gajah jinak dilengkapi peralatan pendukung untuk mengoptimalkan tugas,” tambah Kusnan.
RAPP juga bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau dan Yayasan Pelestarian Alam dan Satwa (PALS) yang merupakan mitra lembaga konservasi dunia Wildlife Conservation Society (WCS) untuk memberi pelatihan mitigasi konflik manusia dengan satwa liar kepada masyarakat dan staf operasional RAPP.
”Untuk mendukung mitigasi konflik ini, kami juga telah membentuk Lembaga Konservasi Desa,” jelasnya.
Menurut Kusnan, RAPP telah memiliki protokol mitigasi konflik satwa liar dengan manusia sehingga pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas staf RAPP, mencari informasi terbaru dari para ilmuwan/pakar serta berbagi pengalaman tentang penanganan konflik.
Pihaknya menerapkan praktik terbaik pengelolaan hutan lestari yang memisahkan areal yang berfungsi untuk konservasi dengan mengacu pada kajian hutan bernilai konservasi tinggi (high conservation value forest).