Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia mengusulkan agar penangan bencana dilakukan secara komprehensif.
Delegasi Indonesia mengusulkan adanya integrasi iptek dan kearifan lokal berbasis sosio kultur, disepakati dalam rekomendasi APEC Senior Disaster Management Officials Forum.
Delegasi Indonesia yang dipimpin Sestama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) Dody Ruswandi memaparkan pengalaman Indonesia menerapkan iptek dalam penanggulangan bencana.
Iptek dapat berperan secara efektif dan efisien dalam penanggulangan bencana, baik saat pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pasca bencana.
"Masyarakat di daerah bencana banyak yang memiliki kearifan lokal sebagai bagian adaptasi risiko bencana yang ada. Bahkan, Chili, Meksico, dan Filipina ingin meningkatkan kerjasama dengan BNPB dalam mengintegrasikan kedua hal tersebut," kata Dody dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Selasa (12/8/2014).
Dia menjelaskan ekonomi anggota APEC berkontribusi 55% terhadap Produk Domestik Bruto dunia, 59% populasi penduduk dunia, meliputi 52% luas permukaan bumi, dan lebih dari 70% sumber bencana di dunia.
Akibatnya, bencana besar di wilayah tersebut dapat berpengaruh pada mata rantai ekonomi dunia, seperti banjir di Thailand dan tsunami Sendai.
Adapun beberapa kesepakatan dalam forum APEC tersebut antara lain meningkatkan kepedulian bagi pengambil kebijakan melalui diseminasi pengurangan risiko bencana (PRB) berbasis iptek, memperkuat iptek dalam PRB, darurat dan pascabencana melalui tukar informasi, serta iptek dan pengalaman yang disinergikan dengan kearifan lokal, sistem peringatan dini kerjasama riset, dan pertukaran para ahli.
Selain itu juga meningkatkan investasi untuk iptek dan peran dunia usaha.
Selanjutnya, rekomendasi ini akan dibahas bersama tingkat menteri sebelum pertemuan tingkat tinggi para kepala negara APEC pada Oktober 2014 di Beijing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
