Bisnis.com, BRASILIA – Pemimpin-pemimpin negara-negara BRICS menyepakati pembentukan bank pembangunan (development bank) dan dana cadangan yang dapat digunakan dalam keadaan darurat senilai US$100 miliar.
Negara-negara BRICS tak menampik keinginan untuk lebih berperan pada aktivitas keuangan global.
Blok yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan membulatkan keinginan untuk terlepas dari dikte ‘barat’ yang mendominasi dunia sejak Perang Dunia II berakhir.
Bank pembangunan akhirnya mulai dirintis, setelah negosiasi alot selama 2 tahun.
Untuk pendirian bank, masing-masing negara BRICS berkontribusi sebesar US$50 miliar.
Nantinya, bank pembangunan ini akan menjadi alternatif pembiayaan emerging market selain International Monetary Fund (IMF) dan World Bank yang kebijakan-kebijakannya didominasi Amerika Serikat dan Eropa.
Presiden China Xi Jinping menyampaikan daya tawar negara berkembang akan meningkat melalui pembentukan bank pembangunan yang diproyeksikan akan bernama New Development Bank.
“Kita akan mendedikasikan diri untuk menyempurnakan sistem pemerintahan internasional dan secara proaktif meningkatkan hak suara negara-negara berkembang dalam urusan internasional,” kata Xi di depan para pemimpin BRICS di Brasil, selasa (15/7).
Pengamat ekonomi Peterson Institue for International Economics, Arvind Subramanian mengatakan langkah pembentukan ini tidak berpengaruh signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara BRICS.
“Negara-negara BRICS lebih fokus pada isu-isu dalam negeri mereka seperti pemilu Brasil, ketegangan di Ukraina, dan kebijakan ekonomi pemerintahan baru India. Ini dapat berdampak pada buruknya sentimen investor asing,” kata Subramanian di Washington.