Bisnis.com, SINGAPURA – Perlambatan ekonomi mengintai negara-negara berkembang yang tergabung dalam BRIC – Brazil, Rusia, India, China. Sejak 2009 lalu, negara-negara BRIC menghadapi kondisi serius yang dapat mengancam pertumbuhan.
Menurut UBS AG dan Deutsche Bank AG, perlambatan ekonomi negara BRIC telah diprediksi seiring Amerika Serikat dan Eropa mempertahankan tingkat suku bunga rendah mereka, yang mendorong pasar menetapkan harga terjangkau.
Saham keempat negara menambah nilai pasar US$260 miliar, ketika indeks Micex Rusia menghapus kerugian mereka karena presiden Vladimir Putin menginvasi Krimea. Rupee India menguat tertinggi dalam 11 bulan, dan obligasi pemerintah China mencatat perolehan terbesar sejak 2008.
“Saya tidak memahami mengapa investor negara-negara non-emerging market ingin mencoba beberapa cara pada ekuitas emerging market saat ini,” kata analis pasar negara berkembang Deutsche Bank, John-Paul Smith di Singapura, Senin (2/5/2014).
Smith bulan lalu memangkas rekomendasinya pada saham India menjadi netral, dan menyatakan bahwa 3 pasar BRIC lainnya bahkan kurang atraktif dari India. Performa rendah merupakan alasan utamanya.
Ekonom yang disurvei oleh Bloomberg mengestimasi pertumbuhan rata-rata 5,3% bagi anggota BRICS, termasuk Afrika Selatan. Angka ini merupakan prediksi terendah sejak 2009. Pada 2010 lalu, pertumbuhan rata-rata anggota BRICS adalah 8,7%.
Perolehan PDB Brazil meningkat 1,9% pada kuartal I/2014 year-on-year. Pada kuartal IV/2013 lalu, PDB Brazil meningkat 2,2% yoy. Penurunan diakibatkan oleh kejatuhan investasi pada dua tahun terakhir.
Pekan lalu, India melaporkan pertumbuhan sebesar 4,6% pada kuartal I/2014, jatuh dari pertumbuhan rata-rata sebesar 7,6% sejak Juni 2005.
“Apakah BRICS membangun fondasi yang solid? Saya ragu,” kata bekas ekonom IMF dan pendiri SLJ Macro Partners LLP, Stephen Jen.
Hingga Mei lalu, aset Brazil, Rusia, India, dan China masih relatif terjangkau dari relasi global mereka, setelah performa rendah selama 3 tahun terakhir.
Pertumbuhan AS dan Eropa yang tengah memulih mendorong permintaan ekspor dari negara-negara berkembang.
Investasi keempat negara menurun Mei lalu. Atas buruknya performa pinjaman bank di China, inflasi Brazil, defisit perdagangan dan anggaran India yang meluas, dan tata kelola perusahaan di Rusia yang memburuk, investor terbang menuju negara lain.