Bisnis.com, NEW DELHI – Terpilihnya Narendra Modi sebagai Perdana Menteri India membawa harapan baru untuk menggenjot pertumbuhan negara perekonomian terbesar ketiga di dunia. Modi diharapkan dapat membangun optimisme bagi pemulihan emerging market terbesar di dunia ini.
Partai Modi, Bharatiya Janata Party berhasil memenangkan 61% kursi parelemen. Partai berkuasa sebelumnya, Partai Kongres, dinilai berkontribusi dalam perlambatan ekonomi India dan tingginya inflasi India, tertinggi kedua di Asia.
Menurut bekas direktur Goldman Sachs Asset, Jim O’Neill, jika Modi mampu menegakkan kebijakan antikorupsi yang ia kampanyekan, India diprediksikan akan tumbuh 10% per tahun, dalam jangka 20 tahun ke depan.
“Ini akan menjadi pertumbuhan paling positif bagi India dalam 30 tahun terakhir. Modi akan membuat dampak besar bagi India,” kata O’Neill, yang menciptakan akronim BRIC Brazil-Rusia-India-China.
Saham dan rupee India melonjak tajam Jumat (16/5/2014). Modi mengampanyekan bahwa ia akan menciptakan lapangan kerja dan membuka kesempatan investasi asing untuk mendorong pertumbuhan India.
Gubernur Reserve Bank of India, Raghuram Rajan sebelumnya menyampaikan bahwa ia akan menjaga tingkat suku bunga tinggi untuk membendung perolehan inflasi yang mencapai 8%.
“Rajan tengah mencari cara untuk mengendalikan inflasi dan sempat berpikir untuk melakukan transisi formal sebagai salah satu cara. Menarik untuk melihat bagaimana Modi dan partainya menghadapi ini,” kata ekonom UBS AG, Manik Narain di London.
International Monetary Fund (IMF) memprediksikan, pertumbuhan ekonomi India per 31 Maret 2015 akan terakselerasi menjadi 5,4% dari 4,4% tahun ini. Pemerintah India mengestimasi perolehan PDB sebesar 4,9%, laju paling lambat dalam 10 tahun terakhir.