Bisnis.com, WASHINGTON – April lalu, lembaga keuangan dunia International Monetary Fund memprediksikan bahwa India akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ketujuh pada 2019. Prediksi ini tentu menimbulkan ketertarikan bagi superpower dunia, Amerika Serikat.
Wakil presiden bidang hubungan ekonomi internasional National Association Manufactures, Linda Dempsey mengatakan kemenangan Modi membuka peluang kerja sama dengan AS.
“Saat ini memang terlalu cepat untuk mengetahui sektor apa yang yang paling menguntungkan. Bidang yang dapat dijajaki kerjasama India-AS dalam waktu dekat mungkin adalah tekonologi informasi dan kerja sama lingkungan,” kata Dempsey di Washington, Sabtu (17/5).
Grup bisnis AS menyampaikan bahwa mereka mempertimbangkan India sebagai kunci potensial pasar bagi industri, termasuk IT dan farmasi.
Menurut laporan pusat intelektual Chamber of Commerce Global Property, India sempat bermasalah dengan isu kekayaan intelektual. Negara ini juga dipersoalkan karena telah lama menutup diri dari investasi asing.
MEMBUKA INVESTASI
“Eksportir AS terus-menerus menghadapi hambatan tarif dan non-tarif yang ditetapkan India, sehingga menghalangi produk AS masuk ke India,” kata pihak representatif perdagangan AS.
AS menilai kebijakan belanja pemerintah India pun bercampur-baur tak jelas. Kebijakan pemerintah India pada sektor perbankan dan pembatasan investasi mencegah AS untuk memasarkan produknya di India.
Menurut data Departemen Perdagangan AS, tahun lalu, AS mengekspor barang berharga senilai US$22 miliar ke India, lebih rendah 1% dari tahun sebelumnya. sebagian besar yang diekspor adalah transportasi dan peralatan kimia.
Perusahaan-perusahaan AS berharap pemerintahan Modi akan membuka kesempatan investasi di India. Peneliti Washington Research Group, Richard Rossow menyampaikan bahwa keterbukaan akan investasi akan menciptakan lapangan kerja dan membangun infrastruktur India.
Sejauh ini, Rossow menilai Modi dan partainya telah memiliki pandangan mengenai kesempatan investasi dalam sektor pertahanan.