Bisnis.com, DENPASAR--Dampak pemilu serta kebijakan loan to value alias uang muka memukul penjualan rumah tapak atau landed house di Bali yang mengalami penurunan 40%-50% pada tahun ini.
Namun pengembang perumahan di Pulau Dewata optimis tahun depan penjualan rumah tapak akan kembali meningkat.
"Mungkin ini sementara, mudah-mudahan saja tahun depan sudah normal kembali," ujar Ketua DPD REI Bali I Gusti Made Aryawan, Kamis (8/5/2014).
Aryawan mengungkapkan, kondisi tahun ini lebih parah dibandingkan ajang pilpres 2009.
Pasalnya tipe baik tipe rumah menengah bawah dan menengah ke atas terkena dampak. Padahal, sebelumnya hanya tipe menengah atas yang terpengaruh.
"Dulu mirip seperti sekarang kondisinya, tetapi dulu hanya tipe menengah atas saja kena, sekarang keduanya," ungkapnya.
Menurutnya, penurunan diperkirakan karena calon pembeli rumah menunggu situasi setelah pilpres. Selain itu, calon pembeli menengah atas sensitif terhadap suku bunga.
Apalagi kebijakan BI sangat memukul karena menengah atas kebanyakan pengen memiliki properti di Bali.
Wakil Sekretaris I DPD REI Bali I Wayan Suananta Wijaya mengakui dibandingkan 2013, penjualan lebih turun.
Dia mencontohkan, jika sebelumnya mampu menjual 4 unit rumah per bulan, tetapi sekarang pihaknya hanya terjual 2-3 unit per bulan.
Untuk menarik calon pembeli, strategi yang diterapkan dengan memberikan kesempatan membayar secara bertahap.
Dengan begitu, katanya, diharapkan calon pemilik rumah memiliki kesempatan untuk memiliki rumah.
"Kami maksimal berikan secara bertahap membayar 4-5 kali agar mempermudah pembeli," ujarnya.