Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemilihan Parlemen Eropa Kunci Masa Depan Ekonomi UE

Sebuah laporan yang dilansir oleh The Economist menyebutkan bahwa pemilihan anggota parlemen Eropa yang berlangsung pada 22-25 Mei 2014 adalah peristiwa yang bisa menentukan bagi nasib Uni Eropa ke depan.

Bisnis.com, LONDON--Sebuah laporan yang dilansir oleh The Economist menyebutkan bahwa pemilihan anggota parlemen Eropa yang berlangsung pada 22-25 Mei 2014 adalah peristiwa yang bisa menentukan bagi nasib Uni Eropa ke depan.

Hal itu terkait dengan beberapa permasalahan, seperti pertarungan antara partai sayap kanan dan kiri yang kian sengit, pemulihan ekonomi Eropa pasca krisis dan penanganan terhadap krisis yang tidak kunjung usai di Ukraina.

Selama beberapa tahun ke belakang, tulis laporan yang dilansir Selasa (6/5/2014) itu, angka protes dan tingkat kepercayaan warga negara anggota UE terus meningkat dan mempengaruhi soliditas UE sebagai kesatuan regional, yang dinilai paling kuat di dunia.

“Isu keras seperti apakah negara anggota yang terkena krisis harus dibail-out atau tidak dan berapa jumlahnya, selama ini diputuskan oleh pemerintah masing-masing negara, bukan institusi UE,” bunyi laporan tersebut.

Apabila pemilihan parlemen UE berhasil, sebut laporan tersebut, maka parlemen akan setara dengan Dewan Menteri (Council of Ministers/representasi pemerintah masing-masing) untuk meloloskan legislasi yang dibawa oleh European Commission (EC).

Laporan itu juga menunjukkan, kelemahan parlemen di regional dengan 500 juta jiwa tersebut membuktikan bahwa ada defisit demokrasi di jantung Eropa.

Padahal, parlemen itu sendiri telah  diinstiusionalisasi pada 1979, atau telah berusia 35 tahun pada tahun ini.

Pemilihan yang segera berlangsung ini juga lebih menarik bagi warga UE sebab untuk pertama kalinya mereka dapat memilih Presiden EC, setelah sebelumnya hanya dipilih oleh pemimpin masing-masing.

Para pemimpin di masing-masing negara anggota umumnya mempertanyakan proses ini, namun mereka tidak sanggup menentangnya.

Sampai sejauh ini, kandidat terkuat Presiden EC adalah Martin Schulz, seorang Sosial Demokrat Jerman yang juga presiden Parlemen Eropa.

Apabila dia benar-benar berhasil memenangi pemilihan, dia akan mencatatkan diri sebagai perintis jalan perpindahan kekuasaan dari negara anggota ke Parlemen Eropa.

“Jika pemilihan tidak cukup menarik minat negara anggota, maka program pendalaman pasar tunggal, kampanye perdagangan bebas dan peneguhan zona Euro akan berantakan,” lanjut laporan itu.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper