Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penguatan Ekonomi Asia Dibayangi Perlambatan China

Penguatan ekonomi Asia pekan lalu mengerek naik mata uang sehingga mengindikasikan pemulihan ekonomi di kawasan tersebut.
Salah satu pusat perbelanjaan di China /bisnis.com
Salah satu pusat perbelanjaan di China /bisnis.com

Bisnis.com, KUALA LUMPUR—Penguatan ekonomi Asia pekan lalu mengerek naik mata uang sehingga mengindikasikan pemulihan ekonomi di kawasan tersebut.

Apresiasi mata uang Asia dipimpin oleh won, mata uang Korea Selatan, yang berhasil naik ke level tertinggi selama 5 tahun. Tidak hanya itu, kenaikan nilai tukar mata uang Asia juga dipicu oleh estimasi pasar bahwa suku bunga acuan the Fed tidak akan naik dalam waktu dekat.

Korea Selatan sendiri baru baru ini melaporkan bertambahnya surplus neraca transaksi berjalan ke level tertinggi selama 5 bulan yaitu US$7.35 miliar pada Maret 2014 sedangkan produk domestik bruto (PDB) Taiwan mampu tumbuh 3,04% pada kuartal I/2014, melampaui estimasi.

Indeks non-manufaktur China juga meningkat pada April, kontras dengan performa manufaktur yang tumbuh mengecewakan pada bulan yang sama.

“Kinerja ekonomi Asia membaik pada pekan lalu. Indeks manufaktur dan jasa China mulai membaik, meskipun melaju sederhana sehingga pembicaraan mengenai ekonomi China yang hard landing mulai mereda,” kata Callum Henderson, Kepala Riset Valuta Asing Standard Chartered Plc di Singapura, Sabtu (3/5/2014).

Berdasarkan Bloomberg-JP Morgan Asia Dollar Index, yang melacak 10 mata uang paling aktif tidak termasuk yen, menunjukkan kenaikan 0,2% dari 25 April menjadi 115,35 pada Jumat (2/5). Won tercatat menguat 1,1% menjadi 1.030,33 per dollar, rupee terapresiasi hingga 0,8% menjadi 60,162, dan dollar Taiwan mengalami akselerasi 0,4% menjadi NT$30,21.

Wilayah Asia lainnya, peso menguat 0,3% pekan lalu menjadi 44,51 per dollar, rupiah tumbuh 0,3% menjadi 11.523, ringgit menguat 0,1% menjadi 3,26, dan dong Vietnam naik menjadi 32,40. Kontras dengan mata uang Asia lainnya, baht Thailand justru terperosok 0,5% terhadap dollar menjadi 32,40.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper