Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penaikkan Tarif Listrik Ancam Produksi Serat Sintetis

Produsen serat sintetis belum akan merevisi target produksi sepanjang 2014 yang mencapai 800.000 ton, atau naik 30% dari tahun 2013 sebesar 535.000 ton menyusul rencana kenaikan tarif listrik pada industri kakap Mei mendatang.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG - Produsen serat sintetis belum akan merevisi target produksi sepanjang 2014 yang mencapai 800.000 ton, atau naik 30% dari tahun 2013 sebesar 535.000 ton menyusul rencana kenaikan tarif listrik pada industri kakap Mei mendatang.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswasta mengatakan pihaknya masih mengacu pada rencana awal tahun yang menargetkan produksi sintetis naik 30% karena adanya ekspansi baru dari salah satu perusahaan.

“Kami masih lobi-lobi dengan beberapa produsen apakah target akan diturunkan atau tidak,” katanya kepada Bisnis, Kamis (10/4/2014).

Meski demikian, katanya, pihaknya memberi isyarat bila produsen serat sintetis akan menurunkan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal ini merujuk dari jumlah 8 produsen yang memproduksi serat sintetis 5 di antaranya industri yang sudah melantai di bursa dan 1 golongan I4.

Menurutnya, mayoritas industri tersebut akan terkena dampak penaikan tarif listrik yang ditetapkan pemerintah.

“Kalau melihat dari keadaan kemungkinan industri bisa menekan angka produksi untuk efisiensi biaya atau merevisi target di bawah 30%,” ujarnya.

Dia menjelaskan penaikan listrik tersebut akan berimbas terhadap industri hilir seperti garmen dan tekstil yang membeli bahan baku dari produsen serat sintetis.

Redma mengatakan pihaknya masih dilematis, di satu sisi bila menaikkan harga jual kepada industri hilir dikhawatirkan mereka akan lari membeli produk impor. Sementara bila menekan biaya untuk produksi juga akan merugi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper