Bisnis.com,PADANG— Sepanjang 2013, Bank Indonesia wilayah VIII Padang mencatat inflasi di daerah tersebut mencapai puncaknya berada pada angka 10,87% padahal inflasi nasional hanya 8,38%. Tingginya inflasi tersebut dipicu kenaikan harga cabai merah dan beras.
Hasil penelitian Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah VIII Padang dengan Pusat Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi (PKSBE) Universitas Negeri Padang dan Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi (PSBE) Universitas Andalas, menunjukkan 70% masyarakat Padang mengkonsumsi cabai merah asal Jawa.
Dengan begitu, meski Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mengklaim sudah surplus cabai merah, fluktuasi harga tetap terjadi di Sumbar karena permintaan tergantung supplay dari Jawa, yakni lewat pasar Muntilan, Yogyakarta.
Emil M Akbar, Deputi Kepala Bank Indonesia Padang mengatakan meski pasokan terjaga, namun kendali harga cabai merah tetap berada di Jawa. Sehingga jika terjadi kenaikan pemerintah kesulitan mengatasi.
“Hasil penelitian kita cukup mengejutkan, karena meski produksi lokal surplus tetap saja 70% komsumsi cabai merah di Padang berasal dari Jawa,” katanya Kepada Bisnis di Padang (6/2/2014).
Dari penelitian tersebut terungkap bahwa kebutuhan cabai merah masyarakat Padang mencapai 36,91 ton/hari. Sementara pasokan dari Jawa mencapai 22,5 ton/hari, sisanya ditutupi dengan keberadaan cabai lokal.
“Persoalannya, meski surplus pasar distribusi komoditi ini tidak terpetakan dengan baik.
Faktanya cabai lokal banyak beredar di provinsi tetangga Riau dan Jambi, makanya cabai dari Jawa masuk,” paparnya.
Emil meminta pemerintah daerah melakukan pemetaan distribusi dan menciptakan manajemen stok agar permintaan cabai merah yang tinggi itu cukup dipenuhi oleh cabai lokal saja.
Dia menyebutkan kontribusi cabai merah terhadap inflasi Sumbar tahun lalu sangat tinggi, termasuk juga kenaikan harga beras, dan fluktuasi harga beberapa komoditi lainnya.
“Penyebabnya, pemerintah tidak mampu mengontrol perdagangan cabai merah itu. Sehingga ketika di satu tempat bergejolak, sini juga ikut,” katanya.
Peneliti PKSBE UNP, Yoan Marta mengatakan perilaku masyarakat Padang yang mengutamakan cabai sebagai bumbu masak utama ikut mempengaruhi harga.
“Penelitian kami, 90% lebih masyarakat Padang amat bergantung kepada cabai merah. Cabai merah yang mereka pilih juga berasal dari Jawa. Itu disebabkan karena tidak terlalu pedas, dan harga yang lebih murah dibanding cabai lokal,” jelasnya.
Menurutnya, agar konsumsi cabai Jawa bisa dikurangi, pemerintah harus mendorong varietas cabai yang sama dikembangkan petani Sumbar. Atau manajemen distribusi cabai merah di Sumbar diatur ulang.