Bisnis.com, TOKYO – Selang sehari setelah Federal Reserve Amerika Serikat mengumumkan penghentian program quantitative easing-nya secara bertahap, Bank of Japan justru menyatakan rezim pelonggaran di Jepang akan dilanjutkan.
BoJ mempertahankan rekor pelonggaran moneternya dan melaporkan tekanan deflasi di Negeri Sakura mulai berkurang, menyusul keputusan tapering the Fed yang membantu melemahkan nilai tukar yen terhadap dolar AS ke rekor terendah dalam 5 tahun.
Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan bank sentral akan melanjutkan basis moneternya dengan kisaran per tahun 60-70 triliun yen (US$670 miliar). Keputusan yang diambil seusai rapat dewan bank sentral pada Jumat (20/12) itu sesuai dengan perkiraan median dari 35 ekonom yang disurvei Bloomberg.
Komitmen Kuroda untuk melonggarkan moneter hingga inflasi stabil pada kisaran level 2% itu menggarisbawahi perbedaan arah kebijakan antara BoJ dan the Fed. Nilai tukar yen turun 17% terhadap dolar tahun ini, sehingga inflasi terdongkrak dan laba eksportir meningkat.
“BoJ kembali di atas angin. Keputusan the Fed mengonfirmasi bahwa yen akan terus berada pada tren pelemahan dan pemulihan AS akan membantu mendongkrak ekspor Jepang,” kata Hideki Matsumura, Ekonom Senior Japan Research Institute Ltd. di Tokyo.
Yen merosot 0,1% menjadi 104,40 terhadap dolar pada Jumat siang di Tokyo, setelah menyentuh level 104,43 awal hari ini. Itu adalah level terendah sejak Oktober 2008.