Bisnis.com, BAGANSIAPIAPI - Kelangkaan gas elpiji terutama tabung 3 kilogram terjadi di hampir seluruh kecamatan di Rohil mengakibatkan harga gas elpiji mencapai Rp23.000 per tabung.
"Harga gas elpiji melambung, sudah mencapai Rp23 ribu per tabung, sedangkan harga biasanya hanya Rp14.500. Sudah langka, mahal lagi," keluh Abd Haris, warga di Jalan Al Iksan, Kecamatan Pasir Limau Kapas (Palika) yang dihubungi, Jumat (13/12/2013).
Anggota DPRD Rokan Hilir Darwis Syam menilai pihak Pertamina harus segera melakukan pemantauan, pengawasan dan penertiban, bahkan penindakan apabila terjadi permainan baik di tingkat agen atau pun pangkalan menyusul dengan tingginya harga elpiji.
"Kenaikan harga gas elpisi yang sangat tinggi itu berarti ada persoalan, mungkin di tingkat pemasaran. Pertamina harus tanggap dengan masalah ini apalagi untuk tabung 3 kilogram kan kategori disubsidi oleh pemerintah," desak Darwis Syam yang juga Ketua Banggar DPRD Rohil ini.
Sejak pemberlakuan konversi minyak tanah (mitan) ke gas beberapa waktu lalu, alokasi yang disediakan untuk Rohil sekitar 107.000 KK atau paket saja. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terjadi peningkatan jumlah penduduk, serta peningkatan pada penggunaan elpiji dari sebelumnya yang masih menggunakan mitan.
"Sekarang berdasarkan info yang kita peroleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Rohil, setidaknya jumlah KK dan kita taksir pengguna elpiji lebih dari 194.000 KK. Jadi kita minta Kementerian ESDM bisa menyesuaikan kuota elpji di Rohil," kata Darwis.
Darwis juga menekankan agar dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Rohil mampu bersikap progresif dan aktif turun ke lapangan guna melakukan pengawasan, karena tidak tertutup kemungkinan terjadi sistem kartel pada distribusi elpiji.
"Kita desak Disperindag turun tangan, ini tidak tertutup kemungkinan terjadi permainan karena sepengetahuan kita hanya sedikit agen elpiji. Patut dicurigai terjadi penumpukan di satu agen yang menguasai SPBE, dan pihak itu juga berlaku sebagai pangkalannya. Kita minta ini diperhatikan. Pertamina harus profesional dan ini sudah berlarut-larut," katanya.
Di beberapa daerah gas elpiji mengalami kelangkaan dan jika ada harganya jauh di atas HET. "Ini juga diperparah dengan fakta bahwa satu-satunya SPBE yang ada di Ujung Tanjung sebagai penyalur elpiji ditutup atau dipending oleh Pertamina," sebutnya.
Dia menuturkan berdasarkan pada fakta yang ada, maka konsekuensi kenaikan harga elpiji terkesan tidak dihindarkan lagi. "Ini perlu perhatian serius semua pihak, jangan sampai warga kembali menggunakan mitan atau kayu api. Mitan juga mahal mencapai Rp 9.000 sampai Rp12.000 perliternya," tutupnya kemudian. (NSH/A029)