Bisnis.com, WASHINGTON — Chairman Federal Reserve Ben Bernanke menggulirkan sebuah kekhawatiran baru akan potensi melambatnya perekonomian Amerika Serikat dalam jangka panjang, meski bank sentral memprediksi pertumbuhan akan terakselerasi tahun depan.
Produktivitas tenaga kerja—indikator utama dari kesehatan ekonomi AS—bertumbuh pada level rata-rata 1% dalam 4 tahun terakhir pada saat negara tersebut berjuang untuk pulih dari resesi terhebat sejak era Great Depression.
Menurut data dari Departemen Tenaga Kerja di Washington, pertumbuhan produktivitas sejak krisis finansial 2008 tersebut jauh lebih rendah dari level rata-rata per tahun 2,2% yang diraih sejak 1983.
The Fed, dalam notulen untuk pertemuan Oktober yang dirilis pekan lalu, mengatakan pertumbuhan produktivitas yang melambat mungkin telah menjadi sebuah kewajaran bagi AS.
Pernyataan bank sentral paling berpengaruh di dunia itu tentu saja bertolak belakang dengan komentar Bernanke sebelumnya, yang menyebutkan perlambatan pertumbuhan kemungkinan hanya akan berlangsung sementara dan akan berakhir saat ekspansi berlanjut.
Di tengah perlambatan ekonomi, para pemimpin perusahaan memilih memangkas rencana belanja untuk pabrik, peralatan, penelitian, dan pembangunan. Bisnis baru juga terhambat karena para calon pengusaha merasa akan kesulitan mendapatkan pendanaan dari bank.
Problema lainnya adalah, para tuna karya di AS semakin mengalami penurunan kualitas dan kemampuan karena telah terlalu lama tidak bekerja. Angka pengangguran AS hingga saat ini masih berada pada level di atas 7%.
“Kami sedang mengalami periode perlambatan yang tidak diketahui sampai kapan akan berakhir,” kata Edmund Phelps, profesor di Columbia University yang juga merupakan ekonom peraih Hadiah Nobel.
Dalam buku terbarunya yang berjudul “Mass Flourishing: How Grassroots Innovation Created Jobs, Challenge and Change”, Phelps berargumen bahwa AS telah menjadi berkerak karena kepentingan perusahaan-perusahaan baru telah menghambat inovasi.
Turunnya pertumbuhan produktivitas adalah kabar buruk bagi perekonomian, karena hal tersebut berpotensi menentukan jumlah pertumbuhan tenaga kerja dan produktivitas. Perlambatan produktivitas juga akan membatasi kecepatan pembangunan AS di masa depan.
Hal tersebut akan menjadikan the Fed lebih waspada terhadap risiko inflasi jika pertumbuhan naik. Pemerintah juga akan kesulitan memangkas defisit anggaran karena penerimaan pajak akan lebih rendah.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan harus menerima penurunan pendapatan. Pegawai dengan gaji rendah dan investor juga harus kehilangan laba sebagai dampak dari perlambatan ekspansi.
KEJATUHAN EKONOMI
Jatuhnya laju perekonomian AS bukan berarti pertumbuhan tidak dapat bergerak lebih cepat dari fase saat ini untuk sementara waktu. Hanya saja, hal tersebut tidak dapat terjadi dalam jangka panjang tanpa potensi overheating.
Sejumlah pejabat the Fed memproyeksi pertumbuhan akan terdorong pada 2014 sebagai dampak kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran federal. Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) akan naik 1,7% tahun ini.
Presiden the Fed Atlanta Dennis Lockhart memprediksi pertumbuhan 2,5-3% tahun depan, sedangkan Presiden the Fed Philadelphia Charles Plosser mengestimasi pertumbuhan tahun depan pada kisaran 3%.
Menurut CEO Decision Economics Inc. Allen Sinai, skenario pertumbuhan semacam itu menuntut investor untuk membeli lebih banyak saham dan obligasi. Sinai sendiri memperkirakan AS akan bertumbuh sekitar 2,8% tahun depan.
Selama beberapa tahun terakhir, Bernanke berargumen perlambatan produktivitas hanya bersifat sementara. Dia mendesak perusahaan untuk menambah pekerja meski pertumbuhan tengah melambat, karena perusahaan-perusahaan di AS memangkas catatan pembayaran gaji (payroll) sangat banyak selama periode resesi.
Berdasarkan alasan tersebut, penambahan pekerja menekan produktivitas di bawah level tren dalam jangka pendek setelah sempat naik secara tidak wajar ke level 5,5% pada 2009.
Alan Blinder, yang pernah menulis buku bersama kandidat Chairman the Fed Janet Yellen, mengatakan dirinya khawatir dengan argumen Bernanke.
“Dengan menggunakan prespektif Alfred E. Neuman [maskot majalah Mad yang terkenal di AS dengan slogan ‘What, me worry?’], apa yang AS alami saat ini adalah hasil dari pertumbuhan produktivitas selama era resesi,” ujarnya. (Bloomberg)
Baca Juga