Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mengakui penyerapan dana hibah untuk Indonesia Climate Change Trus Fund (ICCTF) hingga akhir tahun ini hanya mencapai US$1-3 juta dari US$11 juta.

Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Bappenas mengungkapkan penyerapan dana hibah tergolong lambat karena Indonesia masih dipandang belum mampu mengelola kegiatan yang berbasis perubahan iklim.

“Ada beberapa negara yang dananya banyak belum terserap karena mereka masih menunggu implementasi dananya untuk kegiatan ICCTF sebelumnya [tahap I dan II],”ujarnya seusai penganugerahan penghargaan ICCTF Media Award 2013 di Jakarta.

Dia menargetkan penyerapan dana hibah untuk ICCTF bakal mencapai US$9 juta - US$10 juta hingga 2014.

Sebagai informasi, ICCTF adalah tindak lanjut dari Conference of Parties (COP) 13 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang diadakan di Bali pada 2007.

Sebelumnya, ICCTF menjalin mitra pembangunan alias negara donor dengan  United Kingdom for Climate Change (UKCC), AusAID, dan Sweden International Development Agency (SIDA). 

Untuk 2014, ICCTF berencana untuk merangkul Amerika (USAID) dan Denmark sebagai negara donor untuk mengatasi perubahan iklim di Indonesia.

 “Kita sedang fund raising saat ini. Kami juga akan melibatkan pihak swasta dan individu dalam pendanaan ICCTF,”katanya, Jumat (8/11).

Tidak hanya itu, ICCTF direncanakan untuk dikelola secara nasional. Saat ini ICCTF masih bergantung pada trusting fund yaitu United Nations Development Program (UNDP) sebagai jalur masuknya.

Dia menyebutkan pemerintah telah menyiapkan payung hukum pengelolaan ICCTF melalui Peraturan Presiden No 80 tahun 2011. “Skema pendanaan juga akan diserahkan kepada bank nasional,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan pemerintah telah menaruh perhatian yang cukup besar dalam isu perubahan iklim.

Perubahan iklim, sambungnya, persoalan itu mempengaruhi pembangunan berkelanjutan Indonesia sehingga pemerintah bertekad untuk mengatasi ini sebaik mungkin.

“Untuk saat ini, 32 dari 33 provinsi telah berkomitmen secara serius dalam program pengurangan emisi gas rumah kaca yang digagas oleh ICCTF,”katanya.

Dia menambahkan pada 2010-2012, Indonesia sempat mengalami musim hujan berkepanjangan yang tidak lain adalah dampak dari perubahan iklim.

“Kondisi itu cukup rawan, apalagi Indonesia juga sering dituding sebagai biang penyebab bertambahnya emisi karbon karena hutan,”ungkapnya.

Menurutnya, tudingan itu sangat tidak beralasan. Negara-negara maju justru sedang membuat propaganda untuk mengkambinghitamkan Indonesia, mislanya dengan kedatangan Harrison Ford ke Indonesia berkaitan dengan isu penggundulan hutan.

“Deforestisasi Indonesia hanya menyumbang sepersekian persen emisi karbon, justru mereka [negara barat] merupakan kontributor terbesar penambahan emisi karbon di dunia,”sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper